Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga BBM Naik, Produsen Minuman Cap Panda (KINO) Kaji Kenaikan Harga Produk

Produsen Cap Panda PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) sedang mengkaji rencana perusahaan menaikkan harga produk menyusul kenaikan harga bahan bakar (BBM).
Petugas mengganti papan informasi jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di sebuah SPBU, Jakarta, Sabtu (3/9/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.
Petugas mengganti papan informasi jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di sebuah SPBU, Jakarta, Sabtu (3/9/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen Cap Panda PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) sedang mengkaji rencana perusahaan menaikkan harga produk menyusul kenaikan harga bahan bakar (BBM) pada awal September lalu. 

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan PT Kino Indonesia Tbk. Budi Muljono mengatakan mempertimbangkan daya beli masyarakat terkait dengan langkah perusahaan dalam melakukan kajian tersebut. 

"Kami akan melakukan kajian terkait dengan hal ini. Untuk kenaikan harga dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat" ujarnya kepada Bisnis, Senin (12/9/2022). 

Di samping itu, sambung Budi, perusahaan bakal melakukan efisiensi di setiap lini prosduksi. KINO sendiri sudah melakukan efisiensi sejak Juli 2022 sebagai antisipasi perusahaan terhadap naiknya harga bahan baku. 

Pada periode tersebut, jelasnya, perusahaan melakukan efisiensi di beberapa pos anggaran, terutama di pembiayaan iklan dan promosi produk. 

Sementara itu, produsen produk makanan dan minuman (mamin) Nestle Indonesia menilai menaikkan harga produk merupakan opsi terakhir yang akan diambil perusahaan merespons naiknya harga BBM. 

Business Manager Nestlé Professional Mochamad Machfud mengatakan perusahaan tidak akan serta merta akan disusul langsung dengan kenaikan harga meskipun biaya energi merupakan salah satu elemen utama ongkos produksi. 

"Kenaikan harga produk sebagai kompensasi kenaikan harga BBM adalah the last option," kata Machfud. 

Perusahaan, sambungnya, sudah melakukan review terkait dengan langkah-langkah yang akan diambil untuk mengoptimasi penghematan biaya sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak.

"Apabila setelah diperhitungkan terpaksa dilakukan price adjusment, menaikkan harga menjadi pilihan terakhir. Sebab, kami mempertimbangkan daya beli konsumen dan kompetisi di pasar," jelasnya. 

Kendati demikian, Machfud mengakui pengeluaran energi merupakan salah satu elemen utama dalam ongkos produksi perusahaan. 

Dengan kata lain, sambungnya, kenaikan harga BBM dipastikan bakal disusul dengan penambahan input biaya produksi, transportasi dan beberapa pos pembiayaan lainnya. 

Pada kesempatan yang berbeda, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Produsen Makanan dan Minuman Gapmmmi Adhi Lukman mengatakan ongkos produksi produk mamin berpotensi naik di kisaran 1-2 persen akibat kenaikan harga BBM. 

Sebagaimana diketahui, harga bahan bakar solar sendiri mengalami kenaikan sekitar 24 persen dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter sejak pemerintah menaikkan harga pada akhir pekan lalu. 

Adhi juga menjelaskan ingkos logistik di industri mamin saat ini memiliki kontribusi rata-rata sekitar 6 persen terhadap keseluruhan biaya produksi.

Di industri tersebut, sambungnya, BBM berkontribusi terhadap sekitar 50 persen dari keseluruhan ongkos logistik. Sisanya, dikeluarkan untuk biaya supir tol dan lain-lain. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper