Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah pelaku usaha yang bergerak di bidang penambangan dan pengolahan bauksit mengkhawatirkan lambatnya upaya percepatan pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam (smelter). Kekhawatirn ini karena Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengumumkan rencana pemerintah untuk mulai menutup pintu ekspor bauksit bersih atau washed bauxite (WBx) pertengahan tahun depan.
Deputy Finance and Accounting Department Head PT Well Harvest Winning Alumina Refinery Hidayat Sugiarto mengatakan lambannya pengerjaan smelter bauksit itu disebabkan karena pendanaan yang terkendala isu keberlanjutan pembangkit yang digunakan. Seperti diketahui, sebagian besar lembaga pinjaman sudah menarik diri untuk memberikan kredit untuk proyek yang bertumpu pada pembangkit listrik batu bara.
Selain itu, Hidayat menambahkan, sebagian mitra bisnis di luar negeri juga dibatasi untuk membangun proyek berbasis energi fosil tersebut. Konsekuensinya, sejumlah smelter yang sempat diinisiasi belakangan justru mangkrak dari target pengerjaan.
“Tidak ada perkembangan [pembangunan smelter] artinya tidak ada pengoperasian untuk membuat pabrik seperti refinery alumina ini butuh investasi besar, teknologi canggih dan juga investasi yang cukup besar,” kata Hidayat saat dihubungi, Rabu (7/9/2022).
Berdasarkan data milik Kementerian Investasi per Juni 2022, baru terdapat tiga smelter yang beroperasi dengan kapasitas input bijih bauksit secara keseluruhan 36,9 juta ton. Ketiga smelter itu di antaranya milik PT Indonesia Chemical Alumina dengan kapasitas output 300.000 chemical grade alumina (CGA), PT Well Harvest Winning dengan kapasitas output 1 juta smelter grade alumina (SGA) dan PT Inalum dengan kapasitas output 250.000 aluminium ingot dan billet.
Kementerian Investasi mencatat terdapat 11 smelter bauksit dengan keluaran SGA yang masih tahap pengerjaan dan 1 pabrik pengolahan dan pemurnian bauksit dalam tahap konstruksi dengan keluaran CGA. Adapun 1 smelter dalam tahap perencanaan milik PT Inalum yang ditargetkan memproduksi Aluminium Ingot dan Billet.
Baca Juga
“Cadangan bauksit di Indonesia itu ada 3,2 miliar ton, pabrik yang ada sekarang hanya Well Harvest dan Chemical Alumina serapan per tahun hanya 10 juta ton jadi 3,2 miliar kita bagi dengan 10 juta itu baru bisa terserap 320 mendatang,” kata dia.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan produksi bijih bauksit di dalam negeri sebesar 26,3 juta ton yang kemudian diekspor mencapai 22,8 juta ton dan untuk keperluan domestik hanya 1,74 juta ton.
Adapun, produksi alumina domestik baru di angka 1,17 juta ton. Dari jumlah itu, 0,99 juta ton diekspor dan sisanya dialihkan untuk industri hilir dalam negeri.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mempercepat upaya penghentian ekspor bauksit bersih atau washed bauxite (WBx) yang ditargetkan efektif pada Juni 2023.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan kementeriannya belakangan mendorong pengembangan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter dari pemegang izin usaha pertambangan (IUP) bauksit bersih dengan kadar di atas 42 persen paling lama sampai 10 Juni 2023.
“Bauksit kan sudah jelas regulasinya diizinkan sampai Juni 2023, tapi dikaitkan dengan kemajuan pembangunan smelter mereka, yang dilarang itu washed bauxite,” kata Ridwan saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (22/6/2022).
Selain itu, Ridwan menambahkan, produk aluminium hasil pengolahan bauksit masih akan tetap dapat diekspor kendati larangan ekspor bauksit bersih berlaku efektif pada pertengahan tahun depan.
“Kalau aluminium yang sudah diolah, iya masih bisa diekspor,” tuturnya.