Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga BBM Naik, Konsumsi Pertalite dan Solar Bakal Turun?

Berdasarkan perhitungan BMRI hingga Juli 2022, konsumsi Pertalite secara rata-rata mencapai 2,4 juta KL.
Warga menunjukan aplikasi MyPertamina saat mengisi bahan bakar pertalite di SPBU Pertamina Abdul Muis, Jakarta, Rabu (29/6/2022).  ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Warga menunjukan aplikasi MyPertamina saat mengisi bahan bakar pertalite di SPBU Pertamina Abdul Muis, Jakarta, Rabu (29/6/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite, Solar dan Pertamax pada Sabtu (3/9/2022), sehingga konsumsi BBM, terutama Pertalite dan Solar berpotensi turun.

Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Faisal Rachman menyampaikan, berdasarkan perhitungan BMRI hingga Juli 2022, konsumsi Pertalite secara rata-rata mencapai 2,4 juta KL.

"Sehingga kami melihat peningkatan harga kedua BBM bersubsidi tersebut tetap perlu diikuti dengan pengaturan konsumsi atau subsidi BBM diarahkan kepada yang lebih berhak," kata Faisal dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (4/9/2022).

Sebagai informasi, sebelum Pertalite didistribusikan, konsumsi tahunan BBM jenis Premium terus bertambah meskipun kala itu harga Premium mengalami peningkatan.

BMRI memperkirakan, rata-rata konsumsi per bulan untuk Pertalite dan Solar bersubsidi dapat kembali ke tingkat sebelum pandemi jika peningkatan harga diikuti dengan pengaturan konsumsi, 1,6 juta KL Pertalite dan 1,3 juta KL Solar bersubsidi.

Dengan begitu, total konsumsi Pertalite dan Solar bersubsidi hingga akhir tahun dapat mencapai masing-masing 25,9 juta KL dan 16,6 juta KL.

Asal tahu saja, konsumsi Pertalite dan Solar bersubsidi mencapai 19,5 juta KL dan 11,4 juta KL hingga Agustus 2022. Sementara, kuota untuk Pertalite dan Solar masih belum mengalami perubahan, yakni masing-masing sebesar 23,05 juta KL dan 15,1 juta KL.

Volume konsumsi BBM jenis Pertalite dan Solar yang meningkat, serta naiknya kurs dan harga minyak dunia membuat subsidi energi membengkak hingga Rp502,4 triliun atau meningkat Rp349,9 triliun dari anggaran awal sebesar Rp152,1 triliun.

Jika kebijakan penyesuaian harga tidak diambil, maka subsidi dan kompensasi anggaran diprediksi mencapai Rp698 triliun.

Padahal, menurut Kementerian Keuangan, subsidi dan kompensasi energi senilai Rp502,4 triliun dapat digunakan untuk membangun 3.333 Rumah Sakit (RS) skala menengah dengan asumsi biaya Rp150 miliar per RS hingga 227.886 Sekolah Dasar (SD) dengan asumsi biaya Rp2,19 miliar per SD.

Diberitakan sebelumnya, pemerintah resmi menaikkan harga BBM jenis Pertalite, Solar dan Pertamax per 3 September 2022. Harga Pertalite dari yang sebelumnya Rp7.650 naik menjadi Rp10.000 per liter.

Adapun, harga Solar subsidi dari yang awalnya Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter, sedangkan harga Pertamax nonsubsidi naik dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter.

Sementara itu, Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) terus memastikan ketersediaan stok Pertalite dan Solar, serta proses distribusinya ke SPBU berjalan dengan maksimal di tengah meningkatnya konsumsi masyarakat.

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengatakan bahwa menjaga stok dan penyaluran Pertalite dan Solar menjadi sangat penting mengingat saat ini konsumsinya sekitar 85 persen dari total konsumsi BBM nasional.

“Jadi saat ini kondisinya adalah sebuah kombinasi, yakni meningkatnya rata-rata konsumsi harian masyarakat serta tingginya porsi konsumsi Pertalite dan Solar secara nasional. Kebutuhan yang sangat besar ini harus diimbangi dengan ketersediaannya, dan Pertamina berkomitmen untuk terus memenuhi kebutuhan ini,” jelas Irto.

Irto mengatakan bahwa ketahanan stok Pertalite dan Solar pada 2 September ini berada diangka yang aman, Pertalite di level 18 hari, Solar di level 20 hari, dan terus diproduksi. Proses produksi mulai dari hilir hingga ketersediaan stok BBM di SPBU juga terus dimonitor melalui Pertamina Integrated Enterprise Data and Center Command (PIEDCC) secara real time.

“Melalui PIEDCC, Pertamina dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam memastikan ketersediaan stok BBM hingga di SPBU. Misal, stok di salah satu SPBU sudah menipis, kami bisa mengalihkan distribusi dan menjadikan SPBU itu sebagai prioritas, jadi masyarakat jangan khawatir dan kami imbau untuk tidak melakukan pembelian berlebihan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper