Bisnis.com, JAKARTA – Para ekonom memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada 2022 dan memperkirakan risiko yang tersisa hingga tahun depan karena gejolak di pasar properti dan wabah Covid terus berlanjut.
Dilansir Bloomberg pada Senin (29/8/2022), ekonom dalam survei kuartalan terbaru memproyeksikan ekonomi China tumbuh hanya 3,5 persen tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya 3,9 persen.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk tiga kuartal pertama tahun depan juga diturunkan sebesar 0,1-0,4 poin persentase, meskipun median untuk keseluruhan tahun 2023 tetap tidak berubah pada 5,2 persen.
Penurunan proyeksi tersebut menunjukkan para ekonom tidak yakin langkah-langkah stimulus Beijing terbaru, termasuk dana talangan senilai 1 triliun yuan sebagian besar untuk proyek infrastruktur, dan penurunan suku bunga bank sentral, dapat membantu melawan perlambatan ekonomi.
Brendan McKenna, ekonom internasional di Wells Fargo Co., mengatakan ekonomi China akan tumbuh sedikit di atas 3 persen tahun ini, tetapi ada risiko pertumbuhan berada di bawah level tersebut jika aktivitas ekonomi terus melambat.
“Ada risiko penurunan pada perkiraan pertumbuhan di tengah masih berjuangnya sektor properti dan pembaruan pembatasan terkait Covid,” ungkap Brendan seperti dikutip Bloomberg, Senin (28/8/2022).
Baca Juga
Sentimen bisnis dan konsumen mengalami pukulan besar tahun ini karena wabah virus corona mendorong kota-kota besar seperti Shanghai untuk membatasi pergerakan masyarakat dan menutup bisnis untuk jangka waktu yang lama.
Sementara itu, krisis properti yang semakin dalam tahun ini turut menambah tekanan terhadap ekonomi setelah pembeli rumah mulai memboikot pembayaran KPR karena rumah yang belum dibangun.
Baru-baru ini, rekor suhu tinggi dan kekeringan telah menyebabkan kekurangan listrik dan memaksa sejumlah pabrik menghentikan aktivitasnya.
Pemerintah awalnya mematok target pertumbuhan produk domestik bruto sekitar 5,5 persen untuk tahun ini. Dengan pertumbuhan melambat tajam sepanjang tahun dan wabah Covid terus menyebar, pejabat tinggi mengabaikan target tersebut baru-baru ini.
Kepala ekonom China di Australia New Zealand Banking Group Raymond Yeung mengatakan di luar tantangan saat ini, risiko mendasar ekonomi seperti demografi akan menahan pertumbuhan di bawah 5 persen selama beberapa tahun ke depan.
"Pandangan inti kami tetap bahwa ekonomi yang menua akan terus berubah selama tiga tahun ke depan. Potensi pertumbuhan akan terus melambat mengingat kurangnya peningkatan produktivitas,” ungkapnya.
Raymond memperkirakan memperkirakan pertumbuhan PDB China sebesar 4,2 persen pada tahun 2023 dan 4,0 persen pada tahun 2024.