Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Minta Kadin Optimalkan Peluang di Sektor Pangan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kadin untuk memanfaatkan peluang di sektor pangan di tengah ancaman krisis pangan negara global.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenakan pakaian adat daerah asal Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Upacara Detik-Detik Proklamasi. Pada upacara peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-77 kemerdekaan RI di Jakarta, Rabu (17/8/2022). Biro Pers Sekretariat Presiden-Muchlis Jr
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenakan pakaian adat daerah asal Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Upacara Detik-Detik Proklamasi. Pada upacara peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-77 kemerdekaan RI di Jakarta, Rabu (17/8/2022). Biro Pers Sekretariat Presiden-Muchlis Jr

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengajak para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) untuk memanfaatkan peluang di sektor pangan.

Menurutnya, peluang ini terbuka di tengah ancaman krisis pangan akibat ketidakpastian ekonomi global karena pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia—Ukraina.

Hal ini disampaikan Presiden saat memberikan pengarahan kepada KADIN Provinsi Se-Indonesia, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Selasa (23/8/2022).

“Dalam kondisi sesulit apapun, dalam situasi sesulit apapun pasti ada peluang, dan yang bisa menggunakan peluang itu adalah entrepreneur, wirausahawan, Bapak/Ibu sekalian, enggak ada yang yang lain,” katanya, Selasa (23/8/2022).

Dia melanjutkan, dirinya tidak akan bosan untuk terus mengingatkan mengenai ketidakpastian ekonomi global, sebab prosesnya belum selesai. Menurutnya, kondisi tidak makin mudah, tetapi justru makin rumit.

“Dulunya misalnya, diperkirakan oleh lembaga-lembaga internasional 9 negara akan ambruk tambah lagi 25 negara, tambah 42 negara, terakhir 66 negara ekonominya akan ambruk dan satu per satu sudah mulai. Inilah yang kita hadapi sekarang ini,” tuturnya.

Jokowi pun kembali menceritakan saat dirinya melakukan kunjungan kerja ke Ukraina dan rusia untuk menemui masing-masing Kepala Negara, di mana saat berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membutuhkan waktu 1,5 jam serta dengan Presiden Vladirmir Putin selama 2,5 jam.

“Saya melihat sebenarnya [antara Rusia-Ukraina] ingin agar ada ruang dialog tetapi di lapangan saya lihat sulit untuk mempertemukan dalam sebuah ruang dialog antara Presiden Putin dan Zelensky jadi saya belokkan ke krisis pangan saja sudah saya mau bicarakan ini,” katanya.

Dia menjabarkan, di Ukraina ada stok 22 juta ton, ditambah panen baru 55 juta ton, artinya 77 juta ton ada di Ukraina, sedangkan di Rusia terdapat 130 juta ton gandum sehingga total dari kedua negara tersebut terdapat 207 juta ton gandum.

Jokowi pun membandingkan bahwa konsumsi beras di Indonesia hanya 31 juta ton, sedangkan stok gandum sebanyak 207 juta ton tidak bisa keluar. Alhasil, negara-negara yang mengimpor terutama Afrika saat ini berada dalam kondisi sangat sulit.

“Kalau kita lihat food price index saat krisis keuangan 2008 itu 138,2, 2012 ada krisis pangan 132,4 tapi sekarang ini indeks sudah di 140,9, mengerikan,” katanya.

Tidak hanya itu, Jokowi juga mengungkapkan bahwa pada awalnya hanya ada 6 negara yang membatasi ekspor pangan, tetapi sekarang bertambah menjadi 23 negara.

“Semua menyelamatkan negaranya masing-masing ya semestinya memang harus seperti itu. Oleh sebab itu patut kita syukuri bahwa 2 minggu lalu disampaikan kepada kita sebuah sertifikat dari International Rice Research Institute yang menyampaikan ketahanan pangan kita baik dan swasembada kita sudah dimulai sejak 2019,” tuturnya.

Di sisi lain, dia mengatakan negara lain kekurangan pangan, sedangkan Indonesia justru dinyatakan sudah swasembada besar dan sistem ketahanan pangan kita sudah membaik.

Kendati demikian, Jokowi mengingatkan agar masyarakat tetap harus waspada, tetapi jangan memunculkan sebuah pesimisme.

“Harus tetap optimis karena dalam setiap kesulitan ada peluang di situ, pasti. Peluangnya apa? ada krisis pangan, ya berarti peluangnya di pangan, jualan pangan paling cepet sekarang, kemarin dari China minta beras 2,5 juta ton, Saudi minta 1.000 ton beras, saat ini kita belum berani, kita stop dulu, tapi begitu produksi melompat karena bapak ibu ke situ bisa saja kita terjun ke situ dengan harga yang sangat visible sangat baik,” tuturnya.

Sementara itu, Jokowi juga membahas mengenai subsitutsi impor, di mana barang-barang yang selama ini diimpor oleh Indonesia mau tidak mau harus dihentikan agar devisa tidak habis dalam melakukan pembayaran.

“Agar dolar-dolar kita tidak habis bayar impor, yang masih impor apa? gandum 11 juta ton, di Indonesia tidak bisa menanam gandum, ya campurannya gandum bisa dicampur casava, dicampur sorgum, dicampur sagu, dan lainnya. Artinya saya ajak untuk untuk menanam sorgum,” katanya.

Dia mencontohkan di waingapu, Nusa Tenggara Timur dengan kondisi air tidak ada karena tanah marjinal, tetapi justru sorgum tumbuh subur. Bahkan, kondisi lahan yang luas sehingga siap untuk dilakukan penanaman sorgum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Penulis : Akbar Evandio
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper