Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) terus mendorong dilakukannya penelitian terhadap produk tembakau alternatif di Tanah Air, khususnya oleh pemerintah. Hasil penelitian tersebut nantinya dapat menjadi sumber informasi komprehensif di tengah masifnya disinformasi yang disampaikan kelompok anti tembakau.
Ketua Umum APVI Aryo Andrianto berharap masyarakat terutama perokok dewasa mendapatkan keyakinan bahwa produk ini merupakan alternatif yang memiliki risiko lebih rendah daripada rokok, dan perokok dewasa dapat beralih ke produk tembakau alternatif.
“Kami berfokus kepada penyediaan opsi produk tembakau alternatif karena masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan pilihan,” ujar Aryo dalam keterangannya, Kamis (18/8/2022).
Selain menjadi pilihan bagi perokok dewasa yang ingin menurunkan tingkat risiko, Aryo meneruskan industri produk tembakau alternatif juga berkontribusi terhadap perekonomian melalui penerimaan cukai. Selama pandemi Covid-19, industri baru ini berhasil bertahan, bahkan kinerjanya terus meningkat.
“Pasca pendemi, industri ini meningkat. Proyeksi peningkatan kontribusi cukai sebesar 50 persen dari tahun lalu,” ujarnya.
Dengan kontribusinya dalam mendukung perbaikan kesehatan publik dan perekonomian nasional, Aryo berharap agar pemerintah memberikan perlindungan dan bimbingan bagi industri produk tembakau alternatif. Contohnya, perlindungan tersebut dapat berupa regulasi khusus yang sesuai dengan profil risikonya. Regulasi tersebut nanti juga diharapkan berdasarkan dari hasil penelitian komprehensif dan dapat dikaji bersama.
Baca Juga
“Industri kami hadir sebagai solusi yang akan berguna bagi kehidupan masyarakat dan negara, tentu kami berharap adanya perlindungan,” tegas Aryo.
Belum lama ini, Marc Gunther, junalis dari Amerika Serikat melalui opininya berjudul “The unchecked power of philantrophy” menyampaikan bahwa Bloomberg telah banyak memberikan donasi untuk beragam tujuan, salah satu diantaranya adalah untuk mengurangi penggunaan tembakau dan rokok elektrik.
Pada 2019, Bloomberg mengumumkan bahwa mereka melakukan kampanye bebas tembakau bagi anak-anak. Kampanye yang berlangsung selama tiga tahun dan menelan anggaran US$160 juta tersebut berupaya menghentikan penggunaan rokok elektrik di kalangan anak-anak. Untuk menyukseskan kampanye tersebut, Bloomberg menyebarkan ragam disinformasi produk tembakau alternatif di publik.
Beberapa contoh disinformasi di antaranya angka perokok anak semakin meningkat, penggunaan rokok elektrik akan menurunkan kecerdasan intelektual secara jangka panjang, serta dapat menjadi pintu masuk untuk mulai merokok.
“Saya terkejut bahwa organisasi yang didukung Bloomberg mengatakan banyak hal yang ternyata tidak benar. Padahal, tingkat merokok di kalangan remaja terus menurun,” tulis Marc.
Berdasarkan sains, Marc meneruskan, rokok elektrik adalah alternatif yang lebih rendah risiko bagi perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaan merokok. Oleh sebab itu, produk ini harus didukung dengan regulasi berbasis kajian ilmiah.
“Produk tembakau alternatif harus tersedia bagi perokok dewasa dan perbanyak upaya untuk menjauhkannya dari kaum muda. Lalu, yang terpenting, berikan semua informasi yang akurat dan berbasis sains,” katanya.