Bisnis.com, JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyebutkan akan memastikan proyek smelter nikel yang menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) seperti milik PT Ceria Nugraha Indotama (CNI Group) terlindungi stabilitas keamanannya.
Panglima Kodam (Pangdam) XIV Hasanuddin Mayjen TNI Andi Muhammad menyebutkan smelter CNI Group merupakan Objek Vital Nasional (Obvitnas) dan masuk dalam Program Proyek Strategis Nasional (PSN). Fasilitas pengolahan dan pemurnian Nikel CNI Group ini berada di blok Lapao-lapao, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
“Setiap ada Obvitnas dan PSN, secara tidak langsung itu merupakan tugas TNI untuk menjamin stabilitas keamanannya. TNI harus selalu melindungi proyek-proyek nasional yang bersifat strategis demi kemaslahatan orang banyak,” katanya dikutip Rabu (17/8/2022).
Menurutnya, sebagai aset vital nasional, proyek smelter nikel milik CNI Group wajib untuk dilindungi karena proyek ini didukung penuh oleh negara. Apalagi, CNI Group merupakan satu-satunya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Dalam izin usaha pertambangan (IUP) yang dikeluarkan Bupati Kolaka No. 177 tahun 2012, pemegang awal saham CNI Group terdiri dari Andarias Pala Batara (90 persen) dan Abdul Rasyid Djuaeni (10 persen). Saat itu, Andarias merupakan komisaris. Sedangkan Yuni Manggabarani bertindak sebagai Direktur Utama dan Abdul Rasyid sebagai Direktur.
Sementara berdasarkan keterangan tambahan perusahaan yang diperoleh Jumat, 19 Agustus 2022, atas izin usaha pertambangan (IUP) CNI Group yang dikeluarkan Bupati Kolaka No. 177 tahun 2012 ini telah mengalami perubahan. Pemegang saham terbaru CNI Group terdiri dari Derian Sakmiwata Sampetoding (51 persen persen) dan Cherisha Sakmiwata Sampetoding (49 persen) yang sekaligus bertindak sebagai direktur perusahaan. Sedangkan Andarias Pala Batara dan Yuni Manggabarani kini bertindak sebagai komisaris.
Baca Juga
Bentuk Perlindungan TNI terhadap smelter CNI Group
Andi menyebutkan saat ini sejumlah investasi smelter di wilayah Sulawesi Tenggara yang juga masuk daftar Proyek Strategis Nasional sebagian besar merupakan milik Penanaman Modal Asing (PMA). Maka agar proyek smelter nikel CNI Group yang merupakan PMDN dan beroperasi sesuai target pada 2024, Andi menekankan tiga pendekatan.
Pertama, pendekatan kemakmuran (prosperity). Pendekatan ini fokus pada agenda penguatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
“Kita lihat banyak bantuan, pembangunan masjid dan lainnya ini luar biasa. Kalau masyarakat sudah diayomi, dilindungi dan dilibatkan, pasti masyarakat sendiri yang menjaga perusahaan karena mereka berkepentingan,” jelasnya.
Kedua, pendekatan lingkungan. Perusahaan berkewajiban untuk menjalankan komitmen lingkungan melalui penerapan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) agar aktivitas pertambangan tidak menimbulkan dampak ekologis.
Ketiga, pendekatan keamanan (security). TNI akan membantu semaksimal mungkin CNI Group dalam menjalankan komunikasi sosial, demi menciptakan cipta kondisi mulai dari tingkat Koramil, Kodim, Korem dan Kodam.
“Jadi kalau ada yang menganggu CNI Group, berarti tugas Dandim dan Korem dan saya juga untuk mengamankan. Kalau ada yang masih main-main dengan CNI Group komunikasikan dengan baik. Siapapun harus jaga, kalau perlu ingatkan jangan melakukan. Kalau ada persoalan dan CNI Group ini rugi, berarti negara juga yang dirugikan. Karena itu, mindset masyarakat perlu diluruskan,” ujar Andi.
"Dalam penyukseskan Proyek Strategis Nasional, Walaupun tidak diminta TNI tetap akan menjaga dan mengawal keberlangsungan Proyek Strategis Nasional," tegasnya.
Sementara itu, Direktur Utama CNI Group Derian Sakmiwata mengapresiasi komitmen Pangdam Hasanuddin untuk menjamin stabiltitas keamanan investasi smelter. Saat ini Nikel telah menjadi komoditi global dan salah satu komponen penting dalam industri kendaraan listrik.
“Tanpa nikel, yang namanya stainless dan mobil listrik tidak akan berjalan dengan baik. Karena di dalam nikel ada kandungan Kobalt yang menentukan kualitas suatu baterai. Saat ini, 30 persen nikel dunia ada di Indonesia dan di blok Lapao-pao ini memiliki cukup cadang nikel dan kobalt untuk mendukung industri kendaraan listrik nasional maupun global,” jelasnya.
Menurut Derian, membangun smelter membutuhkan dana yang tidak kecil dan CNI Group menjadi salah satu perusahaan dalam negeri yang mendapat dukungan penuh dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) termasuk konsorsium bank nasional. Bahkan pemerintah pusat telah menetapkan proyek smelter nikel CNI Group sebagai Obvitnas dan PSN.
“Ini menujukkan begitu pentingnya pembangunan smelter sehingga proyek ini harus berjalan sesuai rencana. Kalau pabrik ini terbangun tepat waktu, sudah tentu akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat Kolaka dan negara Indonesia,” imbuhnya.
Dari Redaksi:
Berita ini mengalami penambahan informasi pemilik terbaru CNI Group pada Jumat, 19 Agustus 2022 pada pukul 15:59 WIB.