Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Putin Berjanji Perluas Hubungan Bilateral Rusia - Korea Utara

Dalam pernyataanya, Purin mengatakan dedua negara akan terus memperluas hubungan bilateral yang komprehensif dan konstruktif dengan upaya bersama.
Seorang warga menonton siaran langsung Vladimir Putin, Presiden Rusia, saat menyampaikan pidato, di Moskwa, Rusia, Senin (22/2/2022). /Bloomberg-Andrey Rudakov
Seorang warga menonton siaran langsung Vladimir Putin, Presiden Rusia, saat menyampaikan pidato, di Moskwa, Rusia, Senin (22/2/2022). /Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin berencana memperluas hubungan bilateral dengan Korea Utara dalam upaya mencari senjata untuk perang di Ukraina.

Dilansir Bloomberg pada Senin (15/8/2022) Putin mengirim pesan ucapan selamat ke Korea Utara atas peringatan Hari Pembebasan yang menandai berakhirnya pemerintahan kolonial Jepang 1910-1945 atas Semenanjung Korea.

Meskipun Putin secara teratur mengirim pesan pada peringatan itu, ini adalah yang pertama kali di media pemerintah Korea Utara sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari.

“Kedua negara akan terus memperluas hubungan bilateral yang komprehensif dan konstruktif dengan upaya bersama,” tulis pesan tersebut seperti dilaporkan kantor berita resmi Korut Korean Central News Agency.

Dalam pesan tahun lalu, Putin menyoroti kerja sama Perang Dunia II antara Uni Soviet dan pejuang Korea, menggunakan bahasa yang sama untuk mengatakan kerja sama akan berkontribusi pada keamanan.

Korea Utara, yang memiliki jaringan kereta api yang terhubung dengan Rusia, telah mendukung invasi Putin. Korut adalah salah satu dari sedikit negara yang mengakui kemerdekaan republik rakyat Donetsk dan Luhansk yang dikuasai Kremlin di Ukraina timur.

Korut juga telah menimbun artileri selama beberapa dekade, membuat beberapa analis berspekulasi bahwa mereka bisa menjadi sumber persenjataan bagi Putin.

Bulan lalu, NK News melaporkan Duta Besar Rusia untuk Pyongyang mengatakan Korut diperkirakan bersedia mengirim pekerjanya ke dua daerah memisahkan diri yang dikuasai Rusia di Ukraina. Korut selama bertahun-tahun telah mengirim pekerjanya ke Rusia dan China, di mana mereka mendapatkan pendanaan yang sangat dibutuhkan oleh Pyongyang.

Dorongan AS untuk mengisolasi Rusia atas invasi di Ukraina, ditambah dengan meningkatnya permusuhan terhadap China, memungkinkan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk memperkuat persenjataannya tanpa takut menghadapi lebih banyak sanksi di Dewan Keamanan PBB.

Hampir tidak ada kemungkinan Rusia atau China, yang memiliki hak veto di dewan tersebut, akan mendukung sanksi terhadap Korut seperti yang mereka lakukan pada tahun 2017 setelah serangkaian tes senjata yang mendorong reaksi keras Presiden AS Donald Trump saat itu.

China dan Rusia pada akhir Mei memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang dirancang oleh AS untuk meningkatkan sanksi terhadap Korea Utara atas uji coba rudal balistiknya tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper