Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beda Pendapat Harga Mi Instan, Kementan Respons Pernyataan Bos Indofood

Kementerian Pertanian buka suara atas komentar bos dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk. bahwa kenaikan harga mi instan tidak akan signifikan meski gandum langka.
Varian Indomie Mi Goreng/indomie.com
Varian Indomie Mi Goreng/indomie.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian menanggapi pernyataan bos dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk. terkait dengan harga mi instan.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri mengatakan meski gandum bukan komoditas pangan utama, tapi kebutuhan gandum di Indonesia sangat tinggi. Padahal gandum bukan produk asli Indonesia dan sulit untuk dibudidayakan sehingga kebutuhan gandum masih dipasok oleh impor.

Menurutnya, konflik masih bisa mempengaruhi pasar gandum Indonesia. Pasalnya, total produk pangan yang diimpor dari kedua negara (Rusia dan Ukraina) pada 2021 sebesar US$956 juta, di mana 98 persen di antaranya adalah gandum.

Indonesia merupakan negara kedua dengan nilai impor gandum tertinggi di dunia, mengingat gandum sulit ditanam. Total nilai impornya US$2,6 miliar atau 5,4 persen dari total impor gandum dunia pada 2020.

Data BPS 2019 menunjukkan konsumsi gandum per kapita penduduk Indonesia adalah 30,5 kg per tahun. Sebagai perbandingan, makanan pangan pokok penduduk Indonesia yaitu beras, konsumsi penduduk Indonesia per kapita sebesar 27 kg per tahun. Kebutuhan gandum terbesar adalah untuk industri produk pangan olahan, seperti mi instan, kue, dan roti.

“Kementan merespons positif pernyataan salah satu pelaku industri pangan olahan berbasis gandum yang menyebutkan kenaikan harga produk pangan olahan tidak akan signifikan. Pemerintah termasuk Kementan mengharapkan semua pelaku industri pangan terus berkomitmen untuk menjaga harga produk mereka," kata Kuntoro dalam keterangan resminya, Kamis (11/8/2022).

Kendati demikian, pemerintah tetap akan terus mengedepankan kewaspadaan dan mengupayakan langkah preventif sehingga ketersediaan pangan nasional tetap terjaga. Potensi bahan baku makanan yang bisa naik berkali-kali lipat perlu diwaspadai karena dampaknya yang akan sangat merugikan masyarakat.

Berangkat dari kewaspadaan tersebut, maka pemerintah pun memiliki kewajiban untuk mengingatkan masyarakat dan juga pelaku industri pangan terhadap potensi krisis pangan tersebut. Hal itu dilakukan seiring dengan upaya untuk bisa menghindarkan Indonesia dari kemungkinan kelangkaan pangan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah mensubtitusi kebutuhan bahan pangan impor dengan bahan lokal. Untuk kebutuhan industri pangan olahan berbasis gandum, pemerintah mulai menggalakkan penanaman sorgum yang dapat menggantikan gandum.

Kementan juga memperkuat dan menyediakan pangan lokal alternatif, seperti singkong dan umbi-umbian.

“Gandum dapat disubstitusi sorgum yang sangat cocok dikembangkan disini. Pangan lokal dapat menyelamatkan kita dari krisis pangan. Sorgum salah satunya,” jelas Kuntoro.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper