Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waduh, Volume Pertalite Capai 23 Juta Kilo Liter hingga Juli 2022 , Subsidi Nambah Lagi?

Pemerintah sebelumnya telah meminta kepada DPR untuk menaikan subsidi untuk Pertalite, Solar, LPG dan listrik sehingga total subsidi mencapai Rp502 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat bertemu  awak media di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Rabu (10/8/2022)/Bisnis-Ni Luh Anggela.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat bertemu awak media di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Rabu (10/8/2022)/Bisnis-Ni Luh Anggela.

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Sri Mulyani meminta Pertamina untuk mengendalikan volumenya. Pasalnya, Pertamina melaporkan hingga Juli 2022 volume untuk Pertalite telah mencapai 23 juta kilo liter.

Pemerintah sebelumnya telah meminta kepada DPR untuk menaikan subsidi, yaitu Pertalite, Solar, LPG dan listrik sehingga total subsidi mencapai Rp502 triliun.

Total subsidi senilai Rp502 triliun telah dianggarkan hanya untuk 23 juta kilo liter. Namun pada kenyataannya hingga Juli 2022, volume Pertalite telah mencapai 23 juta kilo liter dan realisasinya bisa mencapai 28 juta kilo liter.

Dengan adanya penambahan volume tersebut, Sri Mulyani memperkirakan akan ada tambahan subsidi di atas Rp502 triliun.

"Padahal kita anggarannya hanya untuk 23 juta kilo liter. Ini kan berarti akan ada tambahan di atas Rp502 triliun yang sudah kita sampaikan," katanya kepada awak media di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Rabu (10/8/2022).

Belum lagi, lanjut dia harga minyak sendiri yang diasumsikan di APBN basisnya US$100 per barel, pernah mencapai US$120 sehingga menambah tekanan.

Oleh karena itu, bendahara negara itu berharap agar Pertamina betul-betul mengendalikan volumenya agar APBN tidak terpukul oleh tiga hal. Tiga hal itu adalah volume naik yang tadinya dikuotakan atau dijatahkan, harganya lebih tinggi dari yang sudah  diestimasikan, dan nilai tukar.

"Nilai tukar kita kan agak berbeda asumsinya. Kemarin Rp14.450 sekarang sudah bikin Rp14.700," ujarnya.

Tekanan-tekanan tersebut, perlu dikendalikan meski APBN 2022 bagus dan mengalami surplus hingga Juli lalu.

"Artinya saya akan mengatakan, dunia harga di luar itu sudah jauh lebih tinggi dan kita mencoba abosrb shocknya tadi, tekanan yang muncul gede banget itu kita absorb dengan APBN, dengan dana sampai Rp502 triliun. Tapi kalau shocknya gede terus dan itu menyebabkan gap yang besar, kita harus mencari langkah-langkah untuk mengamankan rakyat, ekonomi, dan APBN," jelas dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper