Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garuda (GIAA) Kembalikan Bombardier ke lessor, Ini Pesan Kemenhub

Garuda Indonesia mengembalikan pesawat bombardier yang selama ini banyak digunakan untuk melayani wilayah timur Indonesia.
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia terparkir di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (21/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia terparkir di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (21/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah meminta kolaborasi dari maskapai swasta lainnya untuk melayani rute-rute ke wilayah timur Indonesia seiring dengan rencana pengembalian 18 pesawat bombardier CRJ-1000 yang dioperasikan oleh PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) kepada para lessornya.

Plt. Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Nur Isnin menilai konektivitas di wilayah timur Indonesia masih bisa dijaga dengan sejumlah upaya kolaborasi. Dengan demikian, meski Garuda Indonesia mengembalikan sejumlah tipe pesawat bombardier yang selama ini banyak digunakan untuk melayani wilayah timur Indonesia, maskapai lain masih tetap bisa melayani.

"Dengan dikembalikannya pesawat CRJ Garuda maka untuk rute-rute penerbangan yang pernah dilayani menggunakan pesawat CRJ, saat ini masih dilayani dengan tipe pesawat lain seperti ATR, A320, bahkan B733," kata Isnin, Senin (8/8/2022).

Tipe pesawat untuk melayani rute di wilayah timur disesuaikan dengan kapasitas bandara yang dioperasikan oleh Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal. Selain GIAA, ada juga Sriwijaya Group, dan Lion Group serta maskapai lainnya yang melayani rute di wilayah timur Indonesia, baik dengan penerbangan langsung maupun penerbangan tak langsung atau transit.

Isnin mengakui dengan jumlah pesawat yang saat ini tersedia memang membuat sejumlah rute berkurang frekuensinya tetapi tetap terlayani.

"Ini sambil kami bersama rekan maskapai mempercepat realisasi penambahan jumlah pesawat untuk lebih melayani kebutuhan pengguna jasa guna mendukung aktivitas ekonomi baik logistik, bisnis, maupun pariwisata dan lainnya," ujarnya.

Sebelumnya, Garuda menyampaikan bakal menggantikan pesawat bombardier CRJ 1000 yang telah dikembalikan kepada lessor dengan tipe pesawat lain yang dimiliki perseroan.

Irfan menjelaskan telah memiliki rencana untuk menggantikan jenis pesawat yang kurang efisien dengan yang lebih efisien sejalan dengan disetujuinya rencana restrukturisasi perseroan. Salah satunya dengan pengembalian pesawat bombardier. Irfan memastikan nasib konektivitas rute yang sebelumnya dilayani oleh tipe pesawat tersebut tetap berjalan.

"Rencananya rute-rute yang dilayani drngan Bombardier akan diganti dengan pesawat lain milik Garuda atau dengan pesawat yang dimiliki oleh Citilink," jelas Irfan.

Pada fase awal, dilakukan pengembalian sebanyak 2 pesawat terlebih dahulu. Maskapai pelat merah tersebut total memiliki sebanyak 18 pesawat bombardier yang diproduksi perusahaan yang berbasis di Montreal, Kanada.

Tindak lanjut pengembangan pesawat tersebut merupakan bagian dari hasil tindak lanjut kesepakatan negosiasi bersama lessor pesawat Bombardier CRJ-1000 yakni Nordic Aviation Capital atau NAC serta Export Development Canada atau EDC.

Pengembalian pesawat tersebut merupakan bagian dari strategi restrukturisasi pesawat yang dijalankan di tengah dirampungkannya putusan homologasi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Termasuk intensifikasi rencana strategis Perusahaan dalam rangka percepatan pemulihan kinerja.

Pengembalian dua pesawat Bombardier CRJ-1000 dengan nomor registrasi PK-GRQ dan PK-GRN tersebut diberangkatkan pada pukul 09.00 WIB dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju MHIRJ Facility Service Centre, Tucson, Arizona, Amerika Serikat.

Sebelumnya pada 19 Juli 2022 lalu, emitem berkode saham GIAA juga telah mengembalikan satu-satunya armada Boeing 737 Max-8 dengan nomor registrasi PK-GDA kepada lessor Bocomm Leasing di Belanda.

Adapun, restrukturisasi perseroan dalam jangka panjang juga dioptimalkan melalui kesepakatan bersama dengan lessor terkait dengan perubahan maupun perpanjangan kontrak sewa. Misalnya, dengan penerapan skema power by the hour untuk pembayaran biaya sewa pesawat di mana nantinya perusahaan akan membayar biaya sewa berdasarkan jam terbang pesawat.

Melalui berbagai langkah strategis tersebut, Garuda Indonesia berhasil menekan biaya sewa untuk pesawat narrow body hingga di kisaran 30 persen dan pesawat wide body hingga di kisaran 69 persen.

Di sisi lain, Garuda juga akan mengevaluasi kondisi rute yang beroperasi dengan menyesuaikan jenis pesawat berdasarkan tingkat keterisian penumpang melalui penggunaan wide body untuk rute yang memiliki kontribusi positif pada kinerja perusahaan.

Sementara itu, untuk memberikan berbagai alternatif destinasi penerbangan internasional bagi para pengguna jasa, Garuda Indonesia akan mengoptimalkan sinergi bersama dengan maskapai partner baik melalui skema interline maupun codeshare.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper