Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Volume Angkutan Barang via Laut dan Kereta Api Naik di Semester I/2022, Tapi...

Supply Chain Indonesia (SCI) menyebut peningkatan volume angkutan barang harus diikuti dengan peningkatan efisiensi biaya logistik.
Sebuah truk peti kemas melintas di Terminal JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (21/7/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Sebuah truk peti kemas melintas di Terminal JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (21/7/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Volume angkutan barang melalui jalur laut dan kereta api tercatat naik pada semester I/2022, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Supply Chain Indonesia (SCI) menyebut peningkatan tersebut harus diikuti dengan peningkatan efisiensi biaya logistik. Seperti diketahui, biaya logistik di Indonesia masih mencapai 23 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Biaya tersebut masih lebih tinggi dari beberapa negara di kawasan Asean di antaranya Malaysia, yakni hanya 13 persen dari PDB.

Senior Consultant SCI Joni Gusmali mengatakan peningkatan volume angkutan barang melalui jalur laut dan kereta api selama semester I/2022 harus diikuti dengan peningkatan efisiensi para pelaku logistik, karena biaya transportasi pengiriman barang merupakan kontributor terbesar yaitu sekitar 60-70 persen dari biaya logistik.

Menurut Joni, strategi peningkatan efisiensi biaya logistik bisa dilakukan dengan merampingkan tingkat persediaan, mengoptimalkan jaringan pengiriman secara lebih cerdas, menyediakan proses yang lebih baik, meningkatkan hubungan antara pemasok dan pihak ketiga dengan cara sharing ekonomi dan teknologi, serta digitalisasi.

"Perusahaan perlu mempertimbangkan peluang konsolidasi pengiriman, terutama untuk pengiriman less-than-truckload [LTL], memanfaatkan ruang penyimpanan dengan meningkatkan kepadatan penyimpanan, dan menurunkan tingkat kerusakan barang dalam pengiriman," demikian dikutip dari keterangan resmi SCI, Kamis (4/8/2022).

Di sisi lain, kerusakan dalam pengiriman produk atau komoditas dinilai akan berdampak cukup besar. Mengutip data Food and Agricultural Organization (FAO), tingkat kerusakan dalam proses distribusi di wilayah Asia Selatan dan Tenggara, termasuk Indonesia, yakni sekitar 5-6 persen untuk daging dan sekitar 6-7 persen untuk komoditas perikanan.

Bahkan, tingkat kerusakan komoditas buah dan sayur bisa lebih tinggi yakni mencapai sekitar 19 persen.

Peningkatan efisiensi biaya logistik, lanjut Joni, juga dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pemasok. Menurutnya, karena pemasok dapat menutupi beberapa biaya logistik langsung.

Adapun, kerja sama dengan pemasok bisa dilakukan dengan membuat konsorsium pembeli dan pemasok untuk pengadaan dengan biaya lebih rendah dan dalam volume yang lebih besar.

Selain itu, perusahaan dinilai perlu mengoptimalkan layanan pergudangan. Jika volume pengiriman cukup banyak antara dua wilayah, terutama untuk jarak jauh, maka pelaku logistik dapat menyimpan produk lebih dekat ke pelanggan sehingga dapat mengurangi biaya transportasi secara drastis.

"Pelaku logistik perlu memastikan pengoperasian gudang pengiriman serta penerimaan secara efektif dan efisien, termasuk dengan menggunakan sistem pemuatan kontainer otomatis untuk mengoptimalkan biaya tenaga kerja," terang Joni.

Terakhir, Joni menegaskan bahwa perusahaan perlu merencanakan penggunaan multimoda, pengorganisasian operasi yang terkait langsung dengan tenaga kerja dan aset, serta persediaan.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data peningkatan volume barang yang diangkut dengan moda transportasi laut dan kereta, Senin (1/8/2022). Pada periode Januari–Juni 2022, jumlah barang yang diangkut dengan moda transportasi laut sebanyak 156,3 juta ton atau naik 0,32 persen dibandingkan dengan periode semester I/2021.

BPS melaporkan bahwa peningkatan tersebut terjadi di Pelabuhan Makassar sebesar 20,15 persen, Tanjung Priok sebesar 7,97 persen, dan Panjang sebesar 3,51 persen.

Sementara itu, jumlah barang yang diangkut dengan moda kereta api sebanyak 28,6 juta ton pada periode Januari–Juni 2022 atau naik 14,79 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021. Peningkatan tersebut terjadi di semua wilayah Jawa non-Jabodetabek dan Sumatera masing-masing sebesar 15,06 persen dan 14,71 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper