Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Ingin Kalahkan Produksi Chip China Pakai Cara Ini

AS ingin menandingi industri semikonduktor China melalui UU semikonduktor baru yang memberi insentif pada pelaku industri domestik.
Ilustrasi chip/ Bloomberg
Ilustrasi chip/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - AS berupaya untuk mengalahkan industri semikonduktor China melalui beleid barunya, Chips and Science Act, yang akan melarang pelaku industri untuk meningkatkan produksi chip di China. 

Dilansir Bloomberg pada Selasa (2/8/2022), salah satu pasal beleid itu akan melarang pelaku industri yang sudah mendapatkan insentif dari UU Semikonduktor untuk meningkatkan produksi chip canggih di China.

Dengan demikian, hal ini akan menambah ketegangan yang meningkat antara Washington dan Beijing. Pembatasan akan memukul perusahaan seperti Intel Corp dan TSMC, pembuat chip terkemuka yang telah mencoba membangun bisnis mereka di China.

TSMC tidak akan dapat secara substansial meningkatkan atau memperluas fasilitas yang ada, secara efektif kehilangan beberapa peluang pertumbuhan di pasar semikonduktor terbesar di dunia.

Pengecualian dapat dibuat jika produsen chip yang bersangkutan menambahkan produksi semikonduktor 28-nanometer atau generasi yang lebih tua untuk melayani pasar China yang didominasi atau negara yang berisiko seperti Rusia.

Perlu diketahui, UU ini memberikan subsidi sebesar US$52 miliar dan kredit pajak tambahan kepada perusahaan yang memproduksi chip di Amerika Serikat.

Selain itu, ada tambahan US$200 miliar untuk penelitian ilmiah, terutama untuk sektor artificial intelligence (AI), robotika, komputasi kuantum, dan berbagai teknologi lainnya.

Penerima insentif yang melanggar pembatasan dan gagal untuk memperbaiki pelanggaran diharuskan membayar kembali subsidi yang sudah diberikan secara penuh.

Sementara itu, Intel sebenarnya ingin meningkatkan produksi di China, tetapi rencana itu ditolak oleh Gedung Putih. Intel akhirnya menjual pabrik wafer-nya di Dalian kepada SK Hynix Inc. dari Korea Selatan. Saat ini Intel masih memiliki fasilitas pengemasan dan pengujian chip di China.

“Kami memberikan masukan kepada pembuat kebijakan guna memastikan bahwa kami memiliki undang-undang terbaik dan tidak secara tidak sengaja merusak daya saing global perusahaan yang menerima dana CHIPS,” juru bicara Intel Nancy kata Sanchez.

Sebelumnya, Washington juga telah melarang ekspor untuk sebagian besar peralatan pembuatan chip 10 nanometer dan yang lebih canggih kepada China Semiconductor Manufacturing International Corp. (SMCI) tanpa lisensi.

Chief Executive Officer Lam Research Corp Tim Archer mengatakan saat ini AS menambah hambatan untuk ekspor peralatan yang dapat membuat sesuatu yang lebih canggih dari chip 14 nm.

Moratorium kemungkinan tidak hanya akan berdampak pada SMIC saja, tetapi juga pabrik fabrikasi lain yang dijalankan oleh pembuat chip kontrak yang beroperasi di China, termasuk yang dilakukan oleh TSMC.

"Kami baru-baru ini diberitahu bahwa akan ada perluasan pembatasan pengiriman teknologi ke China untuk pabrikan yang beroperasi di bawah 14 nanometer," kata Archer pada panggilan konferensi pada Rabu.

Seperti diketahui, di dunia pembuatan chip, produk yang lebih kecil atau jumlah nanometer yang lebih rendah berarti lebih maju. Itu berarti menaikkan tingkat pembatasan menjadi 14 nm dari 10 akan mencakup peralatan semikonduktor yang lebih luas.

Kementerian Perdagangan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya memperketat kebijakan yang ditujukan untuk China, tanpa menyebutkan geometri chip secara spesifik.

"Administrasi Biden fokus pada upaya menghalangi China untuk memproduksi semikonduktor canggih untuk mengatasi risiko keamanan nasional yang signifikan kepada AS," kata kementerian tersebut.

Sebelumnya, Ketua DPR AS Pelosi bertemu dengan Chairman Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC) Mark Liu pada Rabu (3/8/2022) untuk membahas UU Semikonduktor ini. TSMC adalah produsen chip semikonduktor terbesar di dunia. 

China yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya mengutuk kunjungan Pelosi dan mengatakan akan melakukan latihan militer dengan menembakkan rudal langsung jarak jauh di dekat Taiwan mulai Selasa malam.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper