Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Turki Juli 2022 Sentuh 79,6 Persen, Masih Bakal Naik Lagi?

Inflasi Turki melesat menjadi 79,6 persen pada Juni 2022 dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), level tertinggi sejak tahun 1998.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin/The Moscow Times
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin/The Moscow Times

Bisnis.com, JAKARTA – Analis memperkirakan inflasi inflasi Turki kembali melesat pada bulan Juli 2022 masih belum mencapai puncaknya.

Dilansir Bloomberg pada Rabu (3/8/2022), inflasi Turki melesat menjadi 79,6 persen pada Juni 2022 dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), level tertinggi sejak tahun 1998 setelah keluar dari krisis ekonomi Asia.

Angka ini meningkat dari level 78,6 persen pada Juni namun masih lebih rendah dari perkiraan oleh para ekonom dalam survei Bloomberg. Istanbul, kota terpadat di Turki, bahkan mencatat inflasi melebihi 99 persen (yoy) pada Juli.

Meskipun inflasi nyaris menyentuh 80 persen, analis memperkirakan angka masih belum mencapai puncaknya dan masih akan naik lagi dalam beberapa bulan mendatang.

Pertumbuhan harga akan mencapai puncaknya sekitar 85 persen pada September-Oktober, menurut grafik kisaran perkiraan yang menyertai laporan inflasi terbaru bank sentral. Bank sentral Turki saat ini memperkirakan inflasi akan mengakhiri tahun 2022 di 60,4 persen, naik hampir 18 poin persentase yang menempatkan inflasi 12 kali di atas target bank sentral.

Prospek tersebut masih relatif optimis dibandingkan dengan pandangan di pasar. Bloomberg Economics memprediksi inflasi akan mencapai 91 persen pada kuartal ketiga dan hanya melambat menjadi 69 persen pada akhir 2022.

Analis menilai kebijakan moneter longgar yang diterapkan bank sentral tidak dapat menahan laju inflasi lebih lanjut.

Meredakan cengkeraman inflasi menjadi lebih sulit untuk dicapai karena bank Sentral Turki menahan diri untuk tidak menaikkan suku bunga utamanya dari 14 persen di bawah tekanan dari Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Pekan lalu, Gubernur bank sentral Turki Sahap Kavcioglu yakin bahwa apa yang disebut model ekonomi baru yang memprioritaskan produksi, ekspor, dan lapangan kerja akan membantu menstabilkan harga dan mata uang lira.

Otoritas Turki malah mengandalkan langkah-langkah makroprudensial seperti membatasi pertumbuhan pinjaman komersial serta kebijakan yang bertujuan untuk memperluas penggunaan mata uang lokal dan menyalurkan modal ke arah investasi jangka panjang.

Fund manager RAM Capital SA Ogeday Topcular mangatakan jika kebijakan moneter ini berlanjut, kecil kemungkinan inflasi akan mereda.

“Kebijakan moneter Turki tidak berkelanjutan,” ungkapnya.

Mengesampingkan opsi pengetatan kebijakan, Kavcioglu mengatakan pekan lalu bahwa inflasi akhir tahun Turki mungkin di bawah perkiraan bank sentral, dengan kemungkinan perlambatan sudah terjadi bulan ini.

Dan di sektor manufaktur, tingkat kenaikan harga output sudah melambat, yang menurut S&P Global sama dengan tanda lebih lanjut bahwa tekanan inflasi telah mencapai puncaknya.

Ketika ditanya tentang perbedaan dari bank sentral lain, Kavcioglu mengatakan bahwa hanya waktu yang akan menjawab siapa yang benar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper