Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan sudah saatnya Indonesia tidak lagi menjadi market bagi asing. Kehadiran investor asing juga harus berperan membuka lapangan pekerjaan guna terciptanya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih luas.
Erick mencontohkan ekonomi industri Indonesia akan terus berkembang. Adapun pada saat ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia menjadi yang paling besar dibandingkan kawasan negara ASEAN lainnya pada tahun 2030.
Dia menyebutkan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia pada 2020 mencapai Rp632 triliun dengan GDP sebesar Rp15.400 triliun. Adapun, potensi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan bakal tumbuh 8 kali lipat pada 2030 mendatang menjadi Rp4.531 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan GDP Indonesia juga diproyeksikan akan meningkat 1,5 kali dari tahun 2020 menjadi Rp24.000 triliun pada 2030.
“Sampai kapan perubahan-perubahan ini kita tidak adaptasi? Sehingga akhirnya kita selalu hanya jadi market, tidak ada investasi untuk pembukaan lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonominya akan tumbuh lebih besar di negara lain,” kata Erick dalam Seminar “Menuju Masyarakat Cashless” secara daring, Rabu (3/8/2022).
Menurut Erick, sejak dahulu sampai dengan sekarang, Indonesia masih mengirimkan bahan baku atau raw material sumber daya alam ke luar negeri (ekspor) sebesar 50 persen.
Baca Juga
Berkaca dari pengalaman tersebut, Erick menjelaskan alasan pemerintah melakukan deregulasi kebijakan terkait sumber daya alam Indonesia yang harus diproses di dalam negeri, salah satunya nikel yang saat ini menjadi iVi battery. Alhasil, kata Erick, itu menjadi lahan pembukaan lapangan pekerjaan atau investasi di indonesia.
“Kami tidak anti asing, kami tidak anti investasi dari luar negeri atau apapun. Tapi keseimbangan daripada pertumbuhan yang lebih merata harus dipastikan. Pertumbuhan negara lain harus dipastikan, [namun] Indonesia tumbuh lebih tinggi,” ujarnya.
Di samping itu, Erick menyampaikan demografi Indonesia juga didominasi oleh kalangan yang berusia di bawah 35 tahun dengan porsi 55 persen.
“Industri digital kita akan tumbuh. Itu 40 persen industri digital Asia Tenggara, kurang lebih US$324 miliar pada 2030, ini angka yang signifikan,” tuturnya.