Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Diserbu Investasi, Menteri Erick: Kami Tidak Anti Asing!

Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan Indonesia tidak boleh hanya market bagi asing, namun juga pusat produksi sehingga membuka lapangan kerja.
Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva bersama Menteri BUMN Erick Thohir saat berkunjung ke pusat perbelanjaan Sarinah di Jakarta, Minggu (17/7/2022)./Bisnis-Wibi Pangestu.
Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva bersama Menteri BUMN Erick Thohir saat berkunjung ke pusat perbelanjaan Sarinah di Jakarta, Minggu (17/7/2022)./Bisnis-Wibi Pangestu.

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan sudah saatnya Indonesia tidak lagi menjadi market bagi asing. Kehadiran investor asing juga harus berperan membuka lapangan pekerjaan guna terciptanya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih luas.

Erick mencontohkan ekonomi industri Indonesia akan terus berkembang. Adapun pada saat ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia menjadi yang paling besar dibandingkan kawasan negara ASEAN lainnya pada tahun 2030.

 Dia menyebutkan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia pada 2020 mencapai Rp632 triliun dengan GDP sebesar Rp15.400 triliun. Adapun, potensi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan bakal tumbuh 8 kali lipat pada 2030 mendatang menjadi Rp4.531 triliun.

Sementara itu, pertumbuhan GDP Indonesia juga diproyeksikan akan meningkat 1,5 kali dari tahun 2020 menjadi Rp24.000 triliun pada 2030.

“Sampai kapan perubahan-perubahan ini kita tidak adaptasi? Sehingga akhirnya kita selalu hanya jadi market, tidak ada investasi untuk pembukaan lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonominya akan tumbuh lebih besar di negara lain,” kata Erick dalam Seminar “Menuju Masyarakat Cashless” secara daring, Rabu (3/8/2022).

Menurut Erick, sejak dahulu sampai dengan sekarang, Indonesia masih mengirimkan bahan baku atau raw material sumber daya alam ke luar negeri (ekspor) sebesar 50 persen.

Berkaca dari pengalaman tersebut, Erick menjelaskan alasan pemerintah melakukan deregulasi kebijakan terkait sumber daya alam Indonesia yang harus diproses di dalam negeri, salah satunya nikel yang saat ini menjadi iVi battery. Alhasil, kata Erick, itu menjadi lahan pembukaan lapangan pekerjaan atau investasi di indonesia.

Kami tidak anti asing, kami tidak anti investasi dari luar negeri atau apapun. Tapi keseimbangan daripada pertumbuhan yang lebih merata harus dipastikanPertumbuhan negara lain harus dipastikan, [namun] Indonesia tumbuh lebih tinggi,” ujarnya.

Di samping itu, Erick menyampaikan demografi Indonesia juga didominasi oleh kalangan yang berusia di bawah 35 tahun dengan porsi 55 persen.

Industri digital kita akan tumbuh. Itu 40 persen industri digital Asia Tenggara, kurang lebih US$324 miliar pada 2030, ini angka yang signifikan,” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper