Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Melesat! Pemerintah Pede Pertumbuhan Ekonomi RI 5,9 Persen pada 2023

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia melesat 5,9 persen pada 2023.
Menko Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto memberikan pernyataan dalam acara Bisnis Indonesia Mid Year Economic Outlook 2022: Prospek Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahan Geopolitik pada Selasa (2/8/2022). /Youtube Bisnis Indonesia
Menko Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto memberikan pernyataan dalam acara Bisnis Indonesia Mid Year Economic Outlook 2022: Prospek Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahan Geopolitik pada Selasa (2/8/2022). /Youtube Bisnis Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai kisaran 5,3 hingga 5,9 persen pada 2023. 

Hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Webinar Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2022: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahanan Geopolitik Pascapandemi, Selasa (2/8/2022).

Pada tahun ini, Airlangga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi masih akan mencapai kisaran 5 hingga 5,2 persen. Proyeksi tersebut ditetapkan lantaran adanya tantangan dan ketidakpastian perekonomian global yang tinggi.

“Proyeksi pertumbuhan ekonomi kita di 2022 masih optimis 5,2 dan di 2023 bisa kita tingkatkan di antara 5,3–5,9 persen,” kata dia, Selasa (2/8/2022). 

Airlangga menjelaskan perkiraan tersebut sejalan dengan indikator ekonomi Indonesia yang masih menguat hingga kuartal II/2022. Beberapa contohnya, yaitu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih berada pada zona optimistis sebesar 128,2 pada Juni 2022.

Sejalan dengan itu, Airlangga mengatakan PMI Manufaktur Indonesia meningkat ke level 51,3 pada Juli 2022.

“Pertumbuhan impor positif, juga kredit modal kerja yang tumbuh 7,68 persen, kredit investasi 5,59 persen dan dana pihak ketiga masih diatas 10 persen, sehingga perbankan masih sehat,” jelasnya,

Airlangga melanjutkan, dari sisi eksternal, neraca perdagangan Indonesia masih positif, tercermin dari surplus perdagangan yang mendekati US$25 miliar pada semester I/2022. Realisasi tersebut jauh lebih tinggi dari posisi yang sama pada tahun lalu.

“[Nilai tukar] Rupiah masih di kisaran Rp15.000 per dolar AS. Cadangan devisa cukup untuk impor 6 bulan dengan posisi sebesar US$136,4 miliar, rasio utang menurun yang pada Mei mencapai 32,3 persen, jadi dibanding berbagai negara lain kita relatif lebih sehat,” tuturnya.

Airlangga menambahkan tingkat inflasi di dalam negeri juga masih terjaga, meski meningkat menjadi 4,94 persen secara tahunan pada Juli 2022. Di sisi lain, dia mengatakan inflasi inti per Juli 2022 masih terkendali pada tingkat 2,86 persen. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper