Bisnis.com, JAKARTA - Meski sempat tertekan di tengah badai pandemi Covid-19, laporan konsultan Jones Lang Lasalle (JLL) Indonesia menunjukkan penjualan rumah tapak pada semester I/2022 ini tetap stabil.
Berdasarkan laporan JLL, penjualan rumah tapak di semester I/2022 mencapai 90 persen dari ketersediaan yang diperkirakan mencapai 40.000 unit.
Head Research JLL Indonesia Yunus Karim mengatakan ada dua sektor properti yang memiliki tingkat penjualan stabil yaitu rumah tapak dan pergudangan, sedangkan yang lain masih dalam kondisi tertekan.
"Rumah tapak dan pergudangan keduanya tetap bertahan di tengah pandemi. Terkait tantangan-tantangan yang akan dihadapi kita harapkan tidak sebesar yang ada di sektor-sektor lainnya," kata Yunus dalam paparannya, 'Second Quarter 2022 Jakarta Property', Rabu (27/7/2022).
Dalam laporannya, pada semester pertama tahun ini ada kurang lebih 5.700 unit baru rumah tapak yang diluncurkan pengembang. Adapun penjualan mencapai 90 persen yang didominasi oleh tipe rumah dengan harga kisaran Rp500 juta - 1,3 miliar.
"70 persen rumah terjual saat ini dibawah angka Rp1,3 miliar. Cukup banyak pasokan yang masuk dan cukup baik respons yang diberikan pasar," ujarnya.
Permintaan yang cukup baik memicu pergerakan pengembang secara aktif meluncurkan produk baru. Tak hanya itu, proyek-proyek baru juga ditunjang oleh pembangunan infrastruktur baru, sehingga menambah aksesibilitas.
Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan di sektor rumah tapak, yaitu permintaan yang didominasi oleh pengguna akhir atau end user dan keterjangkauan harga sehingga sektor ini tetap memiliki performa yang baik.
"Dari sisi harga ini adalah suatu tantangan bagi para pengembang perumahan tapak terkait dengan situasi global yang terjadi. Tapi, strategi pengembang kini cukup kreatif dalam menjaga agar harga unit tetap terjangkau, itu adalah kunci atau faktor utama yang diperhatikan oleh pembeli," paparnya.
Tak hanya itu, keterjangkauan harga dapat juga didorong oleh beberapa program pemerintah seperti insentif PPN DTP, relaksasi Loan To Value (LTV) yang diterbitkan Bank Indonesia (BI), berbagai promosi, dan cara pembayaran yang fleksibel oleh pengembang.
"Kita berharap memang momentum tingkat permintan yang ada bisa tetap terus terjaga, karena dari sisi suplai banyak ada pasokan baru untuk rumah tapak. Tapi kita lihat dari permintaan masih cukup sehat," ungkapnya.
Yunus juga menuturkan saat ini beberapa pengembang memiliki rencana peluncuran kota mandiri baru di Jabodetabek pada semester kedua tahun ini.