Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan Induk Google Moncer, Bisnis Iklan Jadi Penopang

Pendapatan Google yang tidak termasuk pembayaran kepada mitra distribusi mencapai US$57,5 ​​miliar pada kuartal II/2022.
Ilustrasi Google./Antara-Reuters
Ilustrasi Google./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Induk Google, Alphabet Inc., mencatatkan pendapatan kuartal II/2022 yang memenuhi ekspektasi analis, mencerminkan ketahanan raksasa internet ini di tengah melambatnya pertumbuhan periklanan.

Dilansir Bloomberg pada Rabu (27/7/2022), pendapatan, tidak termasuk pembayaran kepada mitra distribusi, mencapai US$57,5 ​​miliar pada kuartal tersebut. Angka ini berada tipis di bawah proyeksi analis sebsear US$58 miliar.

Kenaikan penjualan Google menunjukkan bisnis periklanan perusahaan,  terutama iklan di mesin pecariannya, diperkirakan dapat mengatasi krisis pengeluaran pemasaran, yang telah mempengaruhi pesaing yang lebih kecil termasuk Snap Inc. dan Twitter Inc.

Sebaliknya, penjualan iklan Google mengalahkan ekspektasi analis. Perusahaan tetap berhati-hati, dan untuk sementara menghentikan perekrutan.

Chief Executive Officer Google Sundar Pichai mengatakan perseroan akan tetap berinvestasi namun secara bertanggung jawab dan hati-hati. Hal ini dilakukan di tengah ketidakpastian ekonomi dan turunnya pengeluaran pengiklan.

Chief Financial Officer Ruth Porat mengatakan data mengenai makroekonomi masih kompleks. Pada saat yang sama, Porat mengatakan Google sangat senang dengan kinerjanya di sektor mesin pencarian, yang pertumbuhannya terutama didorong oleh industri perjalanan dan ritel.

“Kinerja tersebut mencerminkan aktivitas online konsumen yang meningkat dan kekuatan berbasis luas dalam pembelanjaan pengiklan,” katanya.

Manajer portofolio senior Synovus Trust Company Dan Morgan mengatakan laporan keuangan Google ini membuat sejumlah pihak terutama pelaku pasar dapat bernafas lega.

 “Saya pikir fakta bahwa pendapatan iklan berada di atas ekspektasi saat lingkungan sedang sangat tidak bersahabat dapat menjadi andalan Google, bahkan ketika pesaing benar-benar kesulitan,” ungkap Morgan.

Terlepas dari kinerja yang kuat di sektor periklanan, kinerja di lini YouTube dan bisnis cloud-nya sedikit meleset dari harapan analis.

Selain itu, laba Google di kuartal II juga meleset dari proyeksi analis. Google meraih laba bersih US$16 miliar atau US$1,21 per saham, di bawah proyeksi rata-rata analis sebesar US$1,32 per saham.

YouTube menghasilkan pendapatan iklan sebesar US$7,34 miliar, dibandingkan dengan perkiraan rata-rata analis sebesar US$7,47 miliar. Aplikasi ini semakin bersaing untuk mendapatkan keuntungan dan perhatian iklan dengan TikTok dari ByteDance Ltd., sambil mengelola efek persyaratan privasi Apple untuk aplikasinya yang mempersulit penargetan iklan.

Divisi cloud Google yang diawasi ketat, yang belum menghasilkan keuntungan, menghasilkan pendapatan US$6,3 miliar dan rugi US$858 juta, naik dari kerugian US$591 juta pada kuartal yang sama tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper