Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembayaran Bunga Utang 17,8 Persen Belanja APBN, CORE: Rekor Tertinggi!

CORE Indonesia meminta pemerintah mewaspadai porsi pembayaran bunga utang yang mencapai 17,8 persen dari total belanja APBN.
Pembayaran Bunga Utang 17,8 Persen Belanja APBN, CORE: Rekor Tertinggi!. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pembayaran Bunga Utang 17,8 Persen Belanja APBN, CORE: Rekor Tertinggi!. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Center of Reform on Economics atau CORE Indonesia menilai bahwa pembayaran bunga utang yang mencapai 17,8 persen dari total belanja APBN sebagai rekor tertinggi. Kondisi itu bisa mengurangi alokasi belanja lain untuk pemulihan ekonomi dan perlindungan masyarakat.

Ekonom Core Indonesia Akhmad Akbar Susamto menjlaskan bahwa pembayaran bunga utang telah mencakup 17,8 persen dari total belanja negara hingga semester I/2022. Dia mengatakan porsi itu terus meningkat dari tahun ke tahun.

Dia menjelaskan bahwa pada 2014 porsi pembayaran bunga utang terhadap pengeluaran anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) masih di 7,5 persen. Angkanya terus naik hingga 2019 menyentuh 11,9 persen, hingga kemudian melonjak pada tahun ini.

"Persentase pembayaran bunga utang terhadap total belanja mencapai 17,8 persen. Ini saya kira yang tertinggi, walaupun rekor yang tidak bagus. Persentase ini besar, padahal [APBN] bisa digunakan untuk hal-hal lain yang lebih produktif," ujar Akbar dalam CORE Midyear Review yang dilaksanakan secara daring, Rabu (27/7/2022).

CORE Indonesia pun mewanti-wanti terjadinya kenaikan tingkat bunga utang seiring dengan naiknya suku bunga acuan di banyak negara. Jika hal tersebut terjadi, beban APBN untuk membayar bunga utang pun bisa meningkat.

Saat ini, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) telah mencapai 42,7 persen. Angka itu memang relatif lebih rendah dari negara-negara lain, tetapi Akbar tidak menyebut bahwa kondisi Indonesia serta merta baik.

"Dikatakan baik-baik saja juga tidak, karena ini lebih buruk dari yang lalu. Beban ini akan mengurangi ruang anggaran untuk yang lain," ujar Akbar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper