Bisnis.com, JAKARTA — PT Freeport Indonesia (PTFI) melaporkan perkembangan pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam atau smelter konsentrat tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur telah mencapai 34,9 persen dari target yang ditetapkan.
Juru bicara PT Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan pihaknya menyelesaikan konstruksi smelter dengan desain single line terbesar di dunia itu ditargetkan rampung pada akhir 2023. Sementara itu, PTFI menargetkan produksi dapat dimulai pada Mei 2024.
“Saat ini progres pembangunan smelter hingga Juni 2022 sudah mencapai 34,9 persen dengan dana yang sudah dikeluarkan sebesar US$1,15 miliar [setara Rp17,23 triliun, kurs Rp14.989],” kata Riza saat dihubungi, Selasa (26/7/2022).
Riza mengatakan PTFI bersama dengan pemerintah menggunakan kurva S pembangunan yang menjadi patokan untuk penyelesaian pembangunan smelter. Hingga akhir Juni 2022, Riza mengatakan, proyek pembangunan smelter masih sesuai dengan lini waktu yang ditetapkan.
“Dan untuk target sampai akhir tahun masih sejalan dengan rencana dalam kurva S,” ujarnya.
Di sisi lain, dia mengungkapkan harga komoditas logam dan mineral yang belakangan mulai terlihat melandai tidak berpengaruh signifikan pada operasional dan upaya percepatan pembangunan smelter konsentrat tembaga tersebut.
Malahan, dia optimis, tren permintaan komoditas tembaga di pasar dunia akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan untuk elektrifikasi dan pengembangan kendaraan listrik ke depan.
“Salah satu pendorongnya adalah kebutuhan untuk elektrifikasi dan pengembangan energi hijau yang akan memerlukan banyak tembaga,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Indonesian Mining Association (IMA) melaporkan perkembangan pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam atau smelter relatif berjalan lamban akibat seretnya pendanaan.
Plh. Direktur Eksekutif IMA Djoko Widajatno mengatakan kondisi itu turut dikoreksi lebih dalam dengan kecenderungan harga mineral dan logam yang mulai melandai di Bursa berjangka dengan pasar terbesar di dunia, London Metal Exchange (LME) memasuki akhir triwulan kedua tahun ini. Kendati demikian, Djoko optimis, tren pelandaian harga itu tidak bakal berlangsung lama menyusul peluang pembalikan permintaan pada paruh kedua 2022.
“Pasar dipengaruhi Bank Sentral Uni Eropa untuk menurunkan harga-harga komoditas yang mereka perlukan, kalau tidak mereka tidak bisa membayar bunga. Seperti Timah ini sudah turun 1,75 persen, tapi masih oke karena kita masih bisa tutup biaya operasional,” kata Djoko saat dihubungi, Selasa (26/7/2022).