Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Studi CPI : Taksonomi Hijau Indonesia Terbukti Dorong Peningkatan Investasi Hijau

Climate Policy Initiative (CPI) Indonesia menyatakan bahwa hasil studi terkait Taksonomi Hijau Indonesia dinilai terbukti mendorong peningkatan investasi hijau
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Climate Policy Initiative (CPI) Indonesia menyatakan bahwa hasil studi terkait Taksonomi Hijau Indonesia dinilai terbukti mendorong peningkatan investasi hijau di Indonesia. Bahkan, apabila taksonomi diperkuat dan diharmonisasi dengan instrumen hukum serupa, maka potensi investasi hijau akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kegiatan usaha yang berhasil mendapat label hijau.

Hal itu seperti dikatakan Tiza Mafira,  Associate Director CPI Indonesia dalam lokakarya bertajuk ‘Potensi Pengembangan Produk Hijau di Pasar Modal Indonesia’, yang digelar bersama Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia, Bursa Efek Indonesia, dan OJK, Jumat (22/07/2022).

Tiza Mafira mengatakan, data menunjukkan bahwa OJK cukup berhasil meningkatkan minat portfolio investasi hijau sejak penerbitan POJK 51/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan, yang mengidentifikasi 11 jenis portfolio hijau yang perlu dilaporkan oleh sektor keuangan.

“Apabila taksonomi diperkuat dan diharmonisasi dengan instrumen hukum serupa, maka potensi investasi hijau akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kegiatan usaha yang berhasil mendapat label hijau,” ujar Tiza.

Sebagaimana diketahui, di awal 2022 OJK menerbitkan Taksonomi Hijau Indonesia yang memberikan pedoman aktivitas ekonomi dengan menerapkan sistem ”traffic light” untuk mengklasifikasi kegiatan dari sudut pandang keberlanjutan.

Hijau untuk kegiatan yang tidak membahayakan dan berdampak positif terhadap lingkungan, kuning untuk kegiatan dalam transisi, dan merah untuk kegiatan tinggi emisi dan merusak lingkungan. Kategorisasi ini dirancang untuk mengarahkan investasi menuju kegiatan ramah lingkungan.

“Tujuan taksonomi sebenarnya adalah untuk memberikan sinyal yang jelas bagi sektor swasta untuk memperbanyak investasinya di kategori hijau,” ujar Tiza.

Analisis CPI menunjukkan bahwa Taksonomi Hijau Indonesia 1.0 telah mengkategorikan 919 kegiatan usaha, di mana 15 kegiatan dilabelkan “hijau”, 422 dilabelkan “kuning”, dan 482 dilabelkan “merah”.  Studi ini juga menunjukkan bahwa terdapat peningkatan tren portfolio hijau di 3 tahun terakhir.

Luthfyana Larasati, Senior Analyst CPI Indonesia mengungkapkan bahwa klasifikasi usaha yang saat ini dikategorikan ‘kuning’ juga perlu diperjelas perannya sebagai kategori sementara dalam rangka memuluskan transisi ekonomi Indonesia menuju ekonomi rendah emisi.

“Apabila jelas kondisi-kondisi yang kelak akan menyebabkan industri di kategori kuning diperketat menjadi merah, maka investor akan memiliki kepastian untuk investasi jangka panjang,” ujarnya.

Sektor swasta ini mengalami peningkatan nilai kapitalisasi pasar sampai dengan 20% pada Mei 2022 paska pandemi di tahun 2020. Namun, partisipasi sektor swasta dinilai belum optimal. “Meskipun trennya meningkat, sektor swasta baru berkontribusi sebesar 9% (atau USD 21.3 miliar selama 2015-2019) dari total kebutuhan pendanaan. Untuk mengisi kesenjangan pendanaan dibutuhkan sekitar USD 250 miliar sampai dengan tahun 2030. Hingga tahun 2020, pemerintah telah mendanai sekitar 34% dari total kebutuhan pendanaan tersebut, sehingga sisanya sebesar 66% diharapkan dapat diisi dari sumber non-pemerintah”, lanjut Luthfyana.

Nurkhamid Kepala Bagian Penilaian Perusahaan Jasa Keuangan, OJK, menyatakan bahwa taksonomi hijau adalah upaya kebijakan dalam penguatan ekosistem keuangan berkelanjutan. “Disamping itu, taksonomi dapat membantu pemantauan berkala investasi, utamanya sektor swasta, melalui peningkatan kualitas pelaporan dan pengungkapan (disclosure), sehingga dapat mendorong mobilisasi investasi pada sektor-sektor hijau.” Ujarnya.

Kevin Praharyawan, Direktur Investment Banking Capital Market BRI Danareksa Sekuritas, taksonomi kedepannya juga berpotensi untuk mengarahkan investasi dan mendorong penerbitan produk-produk baru berwawasan lingkungan di pasar modal apabila ada “common principle” yang didefinisikan dalam taksonomi, yang berpotensi mengurangi biaya verifikasi dan uji tuntas (due diligence), dan biaya-biaya pendukung lainnya seperti biaya ahli lingkungan.

Dedi Junaedi dari PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) mengatakan bahwa, dengan lebih jelasnya pengkategorian aktivitas ekonomi didalam taksonomi, dapat memberikan prediktabilitas kebijakan di dalam sistem pasar modal, sehingga meningkatkan kepercayaan pelaku pasar dan menciptakan peluang ekonomi yang lebih besar.

Rudy Utomo, Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) berpendapat bahwa, selain taksonomi yang memperkuat ekosistem keuangan berkelanjutan, insentif dinilai berperan penting untuk mendorong peningkatan demand dan supply produk-produk hijau dan berwawasan lingkungan.

“Maka diharapkan adanya kebijakan dari regulator terkait  insentif yang dapat diberikan kepada investor dan penerbit untuk pengembangan produk kedepannya. Contohnya, perluasan cakupan produk sebagaimana diatur dalam POJK 60/2017 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang Berwawasan Lingkungan (Green Bond), diharapkan dapat meliputi juga produk berwawasan lingkungan lainnya yang diantaranya memenuhi aspek ekonomi, sosial, dan tata kelola (ESG Bonds) dan/atau yang memenuhi kriteria Sustainable Development Goals (SDG Bonds),” ujarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper