Bisnis.com, JAKARTA – Jelang finalisasi rekomendasi kebijakan atau komunike, para delegasi KTT Youth 20 (Y20) diharapkan mampu mendorong percepatan transisi ke energi baru terbarukan (EBT) melalui kolaborasi antarpihak dan peran generasi muda.
Presiden COP26 Alok Sharma menekankan pentingnya peran generasi muda dalam mendorong para pemimpin dunia untuk memenuhi janjinya dalam mengatasi isu perubahan iklim. Ini sesuai dengan Pakta Iklim Glasgow yang dirumuskan pada November 2021.
“Sebagian besar pemangku kepentingan adalah anak muda, dan pada akhirnya juga masa depan akan berada di tangan pemuda. Untuk itu, Anda harus bisa mendorong para pemimpin dunia untuk memenuhi komitmen mereka di COP26,” ujarnya dalam diskusi Planet yang Berkelanjutan dan Layak Huni di KTT Y20 di Jakarta, baru-baru ini.
Managing Director World Bank Mari Elka Pangestu juga menyatakan bahwa pemuda perlu berperan aktif memanfaatkan berbagai sektor perekonomian hijau dan menangkap permintaan atas transisi menuju EBT.
Menurutnya, kontribusi peran para pemuda harus didorong untuk mencapai dekarbonisasi sekaligus terkait dengan rencana investasi modal yang terintegrasi di sektor perekonomian.
“Jadi, banyak sekali peluang dan kesempatan. Namun, yang diperlukan adalah political will dan dukungan dari semua pihak, mulai dari sektor finansial dan bank-bank multilateral,” ujar Mari Elka.
Di sisi lain, Anggota DPR RI Dyah Roro Esti menyatakan bahan kolaborasi memiliki dampak penting dalam meningkatkan bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025. Pasalnya, sampai dengan tahun lalu, bauran energi terbarukan masih berada di kisaran 11,5 persen.
Roro menilai bahwa untuk mencapai target tersebut, seluruh pihak harus ikut berpartisipasi dan tidak hanya mengandalkan anggota parlemen. Kolaborasi antara pebisnis, akademisi, sektor publik dan swasta, serta generasi muda dibutuhkan untuk mencapai target bauran EBT.
“Semua orang punya peran yang sangat penting untuk memastikan Indonesia bisa mencapai transisi energi dengan cara yang terbaik,” pungkasnya.