Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eropa Cari Gas, Indonesia Tidak Bisa Ambil Peluang

Indonesia hanya bisa memanfaatkan peluang permintaan gas yang tinggi dari Eropa apabila terdapat kargo LNG yang belum berkontrak atau terdapat kargo lebih atau uncommited cargo dari pembeli.
Ilustrasi. /Antara-Irsan Mulyadi
Ilustrasi. /Antara-Irsan Mulyadi

Bisnis.com, JAKARTA — Tidak adanya pasokan gas alam cair atau liquefied natural gas atau LNG telah membuat Indonesia tak dapat menangkap peluang permintaan gas dari Eropa.

Di dalam negeri, pasokan tambahan gas seharusnya dapat dihasilkan melalui proyek Tangguh Train III, namun penyelesaian proyek itu terpaksa mundur pada tahun depan di tengah tingginya permintaan gas saat ini.

Pengamat dan Praktisi sektor Hulu Migas Tumbur Parlindungan menilai kendati proyek Tangguh Train III telah beroperasi pada tahun ini, kemungkinan tidak akan bisa memenuhi permintaan gas dari Eropa.

Pasalnya, pada saat dibuatnya final investment decision (FID), sudah ada pembeli yang akan mengamankan pasokan gas yang diproduksi dari Tangguh Train III.

“Tangguh LNG sudah ada buyer, biasanya proyek LNG di Indonesia akan FID bila sudah ada buyer. Market LNG di Eropa merupakan new market karena ada embargo pipe gas dari Rusia,” katanya kepada Bisnis, Senin (18/7/2022).

Dia menilai, Indonesia hanya bisa memanfaatkan peluang tersebut apabila terdapat kargo LNG yang belum berkontrak atau terdapat kargo lebih atau uncommited cargo dari pembeli.

Di samping itu, Tumbur menuturkan Indonesia seharusnya aset hulu migas Indonesia yang ada di Amerika Serikat perlu dikembangkan untuk bisa memasok permintaan LNG dari Eropa.

“Saat ini yang punya kapasitas support LNG ke Eropa hanya dari Amerika Serikat,” ungkapnya.

Sementara itu, proyek Tangguh Train III memiliki potensi penambahan pasokan gas sebesar 700 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan minyak sebesar 3.000 barel per hari.

Hingga Juni 2022, proyek bernilai investasi US$8,9 miliar itu telah mencapai progress konstruksi di onshore sebesar 96,53 persen, sedangkan untuk proyek di offshore telah mencapai 99,4 persen. Proyek itu ditargetkan onstream pada Maret 2023.

Sebelumnya, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko mengatakan Indonesia tidak memiliki pasokan yang lebih untuk memenuhi permintaan gas dari Eropa.

Pasalnya, untuk lifting LNG sepanjang tahun ini seluruhnya telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang telah berkontrak.

“Memang ada permintaan dari negara-negara Eropa karena terbatasnya gas Rusia. Sayangnya supply gas kita untuk bisa deliver LNG ke sana memang tidak bisa diupayakan,” ujar Arief.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper