Bisnis.com, BALI – Pertemuan ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Minister and Central Bank Governors (FMCBG), Jumat (15/7/2022), membahas tujuh agenda prioritas pada jalur keuangan.
Pertemuan FMCBG berlangsung selama 15 – 16 Juli 2022. Acara ini sebelumnya didahului pertemuan tingkat Deputi atau Finance & Central Bank Deputies' Meeting (FCBD) yang dilaksanakan secara hibrida pada 13 –14 Juli 2022 di lokasi yang sama.
Secara akumulatif, sebanyak 407 delegasi asing hadir secara fisik di Bali dan 120 delegasi hadir virtual dalam FMCBG G20 di Indonesia. Selain itu, tercatat 17 Menteri Keuangan dan 11 Gubernur Bank Sentral hadir secara fisik.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengatakankondisi global tengah berada dalam tekanan risiko keamanan pangan hingga krisis energi yang diakibatkan oleh dampak perang Rusia-Ukraina, sanksi, dan pembatasan ekspor.
Dia meyakini bahwa meski di tengah gejolak, ada harapan tinggi yang bersandar pada pertemuan menteri dan gubernur bank sentral dari negara-negara yang merepresentasikan 80 persen pendapatan domestik bruto (PDB) ini.
“G20 perlu melangkah lebih jauh, dengan melakukan tindakan nyata yang didasari semangat kerja sama, kolaborasi, dan konsensus, untuk mengatasi tantangan global,” ujarnya, Jumat (15/7/2022).
Baca Juga
Para delegasi akan membahas tujuh agenda prioritas keuangan. Pertama, pembahasan ekonomi global dan risikonya. Presidensi G20 Indonesia terus melanjutkan diskusi terkait perekonomian global terkini, dan respons kebijakan yang tepat dalam mencapai pemulihan ekonomi global.
Hal ini dilakukan untuk menghadapi tantangan dengan meningkatnya tekanan inflasi, disrupsi rantai pasok global, ketidakseimbangan permintaan dan ketersediaan penawaran, peningkatan harga komoditas, dan energi akibat pandemi Covid-19, serta perang di Ukraina.
Kedua, isu kesehatan global. Pertemuan akan merumuskan upaya merevitalisasi arsitektur kesehatan global sehingga dapat mendukung kesiapsiagaan, pencegahan, dan respons terhadap pandemi di masa yang akan datang.
Ketiga adalah arsitektur keuangan internasional. G20 tengah mencari upaya untuk memperbaiki pengelolaan utang negara miskin, dan mendorong penguatan ketahanan keuangan global jangka panjang dengan upaya menjaga aliran modal asing yang berkelanjutan.
Keempat, membahas isu pada sektor keuangan. G20 mendiskusikan strategi normalisasi dan mitigasi dampak jangka panjang dari pandemi. Ini bertujuan memperkuat sektor keuangan global melalui pengelolaan risiko dan optimalisasi teknologi, serta sistem pembayaran lintas batas.
Pembahasan kelima adalah keuangan berkelanjutan. Tahun ini Presidensi G20 Indonesia tengah fokus memajukan tiga agenda utama, yakni pengembangan kerangka kerja transisi keuangan, peningkatan akses dan keterjangkauan instrumen hijau, dan insentif pembiayaan serta investasi.
Keenam, pembangunan infrastruktur. G20 akan mendiskusikan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, inklusif, mudah diakses, dan terjangkau. G20 tengah menyusun kerangka kerja peningkatan partisipasi swasta dalam mendukung infrastruktur berkelanjutan.
Agenda terakhir membahas perpajakan internasional. Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 juga mendorong agenda terkait dengan perpajakan internasional dengan memastikan implementasi kesepakatan global di tahun 2021 berupa dua pilar G20/OECD.