Bisnis.com, BALI – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menilai tingkat inflasi Amerika Serikat yang melonjak hingga 9,1 persen pada Juni 2022 telah mencapai puncaknya. Kebijakan utama yang akan ditempuh AS saat ini adalah mendukung langkah The Fed guna menekan inflasi.
“Saya percaya itu adalah puncak kami dan ini menjadi prioritas utama kami untuk menurunkan inflasi,” ujar Yellen dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali, Kamis (14/7/2022).
Sebagaimana diketahui, data Departemen Tenaga Kerja AS yang menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) AS naik 9,1 persen pada Juni 2022. Lonjakan inflasi tersebut tercatat menjadi yang terbesar sejak 1981.
Dibandingkan bulan sebelumnya, CPI AS naik menjadi 1,3 persen atau terbesar sejak 2005. Adapun CPI inti, yang menghilangkan komponen makanan dan energi yang lebih mudah berubah, naik sebesar 0,7 persen secara bulanan dan 5,9 persen secara tahunan.
Angka inflasi ini berada di atas median proyeksi ekonom dalam survei Bloomberg yang memperkirakan CPI AS naik 8,8 persen pada Juni. Sementara itu jika dibandingkan Mei, CPI sebelumnya diperkirakan naik 1,1 persen dan CPI inti diperkirakan naik 0,5 persen.
Meski di tengah kondisi inflasi yang tinggi, Yellen optimistis kondisi pasar tenaga kerja AS sangat kuat dan berada dalam kondisi baik. Sementara itu, kebijakan pemerintah AS saat ini mempercayakan langkah yang akan diambil bank sentral The Fed untuk menurunkan inflasi.
Baca Juga
“Kami pertama dan terutama mendukung upaya The Fed dan apa yang mereka anggap perlu untuk mengendalikan inflasi. Lebih dari itu, kami akan mengambil langkah yang kami yakini menurunkan inflasi, terutama pada harga energi,” kata Yellen.
Dia juga menyatakan AS akan mematok batas harga minyak Rusia untuk menghindari potensi lonjakan minyak di masa depan. dia bahkan menuding gejolak ekonomi global dan melambungnya inflasi di sejumlah negara, tak terkecuali AS, merupakan tanggung jawab Rusia.
Yellen menyatakan kondisi yang terjadi hari ini merupakan efek negatif dari invasi yang dilakukan Rusia. Kondisi tersebut lantas membuat harga energi melambung dan meningkatnya kerawanan pangan.
“Tantangan terbesar hari ini datang dari tindakan ilegal Rusia dalam perang tak beralasan melawan Ukraina. Kami melihat efek negatif dari perang itu di setiap sudut dunia, terutama terkait dengan harga energi yang lebih tinggi, dan meningkatnya kerawanan pangan,” ujarnya.