Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi AS Kian Panas, Bank Sentral Dunia Ikut Kerek Suku Bunga

Tren kenaikan suku bunga Federal Reserve diikuti oleh bank sentral lainnya di berbagai negara yang juga melihat kenaikan inflasi.
Suasana gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner
Suasana gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral di berbagai negara langsung mempercepat gerak kenaikan suku bunga acuan untuk meredam inflasi yang menyebar di berbagai negeri, termasuk di AS yang tembus 9,1 persen. 

Dilansir Bloomberg pada Kamis (14/7/2022), bank sentral Kanada mengerek suku bunga satu poin persentase penuh setelah kenaikan 50 basis poin (BPS). 

Sementara itu, Korea Selatan menaikkan 50 BPS setelah beberapa kenaikan sebesar 25 BPS, dan Selandia Baru meningkatkan 50 BPS dalam tiga pertemuan berturut-turut. 

Setelah kenaikan sebesar 75 BPS di bank sentral Chile, sejumlah bank sentral di Asia juga mengikuti. Bank sentral Singapura ikut melakukan pengetatan secara tidak terduga pada Kamis pagi.

Filipina mengikuti tidak lama setelahnya dengan kenaikan 75 BPS. Bahkan, pertaruhan kenaikan tinggi pada suku bunga di Australia juga mulai menggema semakin kuat.

"Bank-bank sentral akan terus melihat melalui bukti adanya pertumbuhan melambat, sampai mereka yakin jin inflasi dipaksa kembali ke dalam botol,” tulis ahli strategi suku bunga Rabobank Richard McGuire dan Lyn Graham-Taylor dalam sebuah catatan pada Rabu. 

Di AS, laporan inflasi menyebabkan taruhan bahwa Federal Reserve akan menaikkan satu poin penuh pada akhir bulan ini menyusul langkah yang lebih besar dari biasanya pada Juni. Bahkan para investor memperkirakan kenaikan akan mencapai 100 BPS pada pertemuan 26 - 27 Juli mendatang. 

Investor mengatakan Bank of England berpotensi mengerek suku bunga acuan 50 basis poin pada pertemuan berikutnya, lebih cepat dua kali lipat dari sebelumnya setelah ekonomi Inggris terbukti secara mengejutkan kuat pada Mei.

Sementara itu, European Central Bank belum mulai meningkatkan suku bunga acuannya. Euro pada Rabu turun di bawah 1 euro per dolar AS untuk pertama kalinya sejak 2002, setelah laporan inflasi AS.

“Pada akhirnya, pembuat kebijakan moneter akan mengendalikan harga. [Namun], tidak akan terjadi cukup cepat untuk menyelamatkan rumah tangga dari pukulan besar terhadap anggaran mereka atau bank sentral dari guncangan terhadap kredibilitas mereka," tutur Kepala Ekonom Bloomberg Economics Tom Orlik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Editor : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper