Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menilai hingga kini belum ada imbas signifikan yang dirasakan secara langsung oleh industri penerbangan atas resesi yang terjadi di Amerika Serikat (AS).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan sejauh ini impak resesi dari negara adidaya tersebut belum dirasakan oleh perseroan.
“Enggak ada dampak yang terdengar. Kami belum merasakan apa-apa,” ujarnya, Kamis (14/7/2022).
Sementara itu, pemerhati penerbangan Alvin Lie mengatakan hingga kini harga komponen atau suku cadang hingga masih stabil. Hanya nilai tukar US$ yang menguat sekitar 5 persen sejak awal tahun.
Selain itu harga pesawat juga belum naik. Menurutnya, masih banyak pesawat yang menganggur atau yang pesanannya dibatalkan akibat pandemi.
“Belum menjadi masalah besar bagi maskapai [resesi AS]. Harga avtur yang masih bikin pusing,”imbuhnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Managing Director Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro Adi menjelaskan pasca pandemi, industri penerbangan perlahan mulai bangkit dari keterpurukan. Oleh karenanya, dia meminta dukungan dari seluruh stakeholder agar pemulihan ini kembali berlanjut.
Di sisi lain, Daniel juga memaparkan sejumlah tantangan terus menghantui maskapai pasca pandemi. Mulai dari kurs dollar yang masih tinggi padahal mayoritas komponen pesawat dibayar dengan kurs dollar.
Belum lagi, beberapa vendor penyedia material pesawat banyak yang tutup sehingga vendor yang tersedia justru menjual alat-alat dan suku cadang menjadi lebih tinggi. Saat ini, harga avtur juga melambung tinggi sehingga pihaknya harus berkomunikasi intens dengan regulator.