Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Garuda (GIAA) Bicara Soal Dampak Resesi AS ke Industri Penerbangan

Garuda Indonesia bicara soal dampak resesi AS terhadap industri penerbangan.
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia terparkir di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (21/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia terparkir di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (21/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menilai hingga kini belum ada imbas signifikan yang dirasakan secara langsung oleh industri penerbangan atas resesi yang terjadi di Amerika Serikat (AS).

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan sejauh ini impak resesi dari negara adidaya tersebut belum dirasakan oleh perseroan.

“Enggak ada dampak yang terdengar. Kami belum merasakan apa-apa,” ujarnya, Kamis (14/7/2022).

Sementara itu, pemerhati penerbangan Alvin Lie mengatakan hingga kini harga komponen atau suku cadang hingga masih stabil. Hanya nilai tukar US$ yang menguat sekitar 5 persen sejak awal tahun.

Selain itu harga pesawat juga belum naik. Menurutnya, masih banyak pesawat yang menganggur atau yang pesanannya dibatalkan akibat pandemi.

“Belum menjadi masalah besar bagi maskapai [resesi AS]. Harga avtur yang masih bikin pusing,”imbuhnya.

Sebelumnya, Managing Director Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro Adi menjelaskan pasca pandemi, industri penerbangan perlahan mulai bangkit dari keterpurukan. Oleh karenanya, dia meminta dukungan dari seluruh stakeholder agar pemulihan ini kembali berlanjut.

Di sisi lain, Daniel juga memaparkan sejumlah tantangan terus menghantui maskapai pasca pandemi. Mulai dari kurs dollar yang masih tinggi padahal mayoritas komponen pesawat dibayar dengan kurs dollar.

Belum lagi, beberapa vendor penyedia material pesawat banyak yang tutup sehingga vendor yang tersedia justru menjual alat-alat dan suku cadang menjadi lebih tinggi. Saat ini, harga avtur juga melambung tinggi sehingga pihaknya harus berkomunikasi intens dengan regulator.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper