Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2022 diperkirakan surplus sebesar US$3,5 miliar, meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat mencapai US$2,9 miliar.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa peningkatan surplus neraca perdagangan tersebut didorong oleh naiknya kinerja ekspor yang diperkirakan lebih besar dibandingkan dengan peningkatan impor pada Juni 2022.
Dia memperkirakan pertumbuhan ekspor pada Juni 2022 sebesar 34,91 persen secara tahunan, sedangkan pertumbuhan impor diperkirakan sebesar 24,83 persen secara tahunan.
“Peningkatan ekspor yang lebih tinggi, diperkirakan didorong oleh peningkatan volume ekspor CPO setelah pada Mei 2022 terjadi pelarangan ekspor CPO,” katanya kepada Bisnis, Kamis (14/7/2022).
Josua mengatakan kinerja ekspor pada periode tersebut juga dipicu oleh meningkatnya aktivitas manufaktur China sehingga permintaan ekspor Indonesia diperkirakan meningkat.
Peningkatan permintaan tersebut tercermin dari PMI Manufaktur China yang tercatat sebesar 51,7 pada Jni 2022, naik dari bulan sebelumnya sebesar 48,1.
“Peningkatan ekspor juga terbatas oleh menurunnya aktivitas manufaktur di negara mitra dagang Indonesia seperti regional Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang,” jelasnya.
Di sisi lain, Josua memperkirakan kinerja impor akan meningkat, meski tidak setinggi pertumbuhan ekspor.
Kinerja impor yang cenderung tertahan kata Josua disebabkan oleh permintaan barang impor yang belum meningkat signifikan sejalan dengan melambatnya aktivitas manufaktur Indonesia.
Hal ini tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia yang tercatat sebesar 50,2, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 50,8.