Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos PLN Minta Dukungan Investasi US$500 Miliar ke Negara G20, Buat Apa?

PLN meminta dukungan pembiayaan berbunga rendah dan kolaborasi proyek pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di dalam negeri kepada negara anggota G20.
Petugas PLN melakukan pemeriksaan listrik. Istimewa/PLN
Petugas PLN melakukan pemeriksaan listrik. Istimewa/PLN

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Darmawan Prasodjo meminta dukungan pembiayaan berbunga rendah dan kolaborasi proyek pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di dalam negeri kepada negara anggota G20.

Permintaan itu disampaikan dalam agenda Road to G20 Dialogue “The Global Blended Finance Alliance for MSMEs and Energy Transition” yang digelar oleh Yayasan Tri Hita Karana. Pada kesempatan tersebut, PLN pun menegaskan perannya dalam transisi energi.

Darmawan menegaskan PLN membutuhkan dukungan investasi hingga US$500 miliar untuk dapat menjalankan proyek transisi energi sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030. Rencananya, PLN bakal membangun pembangkit EBT sekitar 51,6 persen dari target penambahan pembangkit baru.

“Kami sadar ini semua belum cukup. PLN juga mengakui tidak bisa melakukan semua ini sendiri. Karena itu, jalan keluarnya adalah dengan kolaborasi bersama,” kata Darmawan dikutip dari siaran pers, Kamis (14/7/2022).

Dia mengajak semua pihak termasuk negara anggota G20 untuk bisa berkolaborasi dalam upaya penurunan emisi karbon demi mencapai target Carbon Neutral pada 2060.

"Karena seluruh upaya kami juga akan berdampak langsung pada dunia. Misalkan saja, emisi karbon yang dihasilkan di Bali, juga akan berdampak pada Eropa dan Jepang,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan dunia tidak perlu ragu atas komitmen Indonesia dalam penurunan emisi global. Sebagai tuan rumah Presidensi G20, Indonesia sudah menjalankan roadmap penurunan emisi karbon.

Namun, Luhut mengatakan upaya Indonesia tersebut perlu dukungan negara lain untuk bisa mencapai hal ini. Belajar dari pemulihan ekonomi global dari Pandemi Covid-19, kolaborasi yang sama mestinya juga diterapkan dalam target pengurangan emisi.

"Kami membutuhkan kolaborasi yang konkret, tidak hanya kerja sama dari sisi pendanaan tetapi juga sharing teknologi dan investasi untuk membuka lapangan pekerjaan yang semuanya sejalan dengan cita-cita global dalam penurunan emisi," kata Luhut.

Asian Development Bank (ADB) pun mengajak semua pihak untuk bisa membantu Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi karbon ini. ADB yang selama ini sudah bekerja sama dengan Indonesia dalam proyek energi bersih mengaku tak lagi ragu atas komitmen Indonesia.

"Kami sudah sejak lama membantu Indonesia dalam proyek energi bersih. Kami tentu saja akan selalu mendukung Indonesia. Kami mengajak semua pihak mempunyai semangat yang sama untuk menjawab kebutuhan Indonesia," ujar Vice President for East Asia, Asian Development Bank, Ahmed Saeed.

Komitmen ADB terwujud dalam pembiayaan proyek kelistrikan PLN sebesar US$600 juta yang sudah disepakati Mei 2022 silam. Pembiayaan dari ADB ini dimanfaatkan oleh PLN untuk memperkuat jaringan transmisi di Indonesia dan juga pembangunan pembangkit berbasis EBT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper