Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daftar Negara dengan Tingkat Kerentanan Utang, Indonesia Peringkat Berapa?

Berikut daftar negara-negara di dunia dengan tingkat kerentanan utang terhadap PDB.
Ribuan warga menduduki Istana Kepresidenan Sri Lanka sebagai bentuk aksi demo di tengah krisis ekonomi negara di Kolombo, Sri Lanka, Minggu (10/7/2022)/NDTV
Ribuan warga menduduki Istana Kepresidenan Sri Lanka sebagai bentuk aksi demo di tengah krisis ekonomi negara di Kolombo, Sri Lanka, Minggu (10/7/2022)/NDTV

Bisnis.com, JAKARTA — Krisis ekonomi dan politik yang melanda Sri Lanka terjadi akibat pemerintah negara tersebut gagal bayar utang luar negeri. Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana tingkat kerentanan negara-negara di dunia terhadap utang? 

Dilansir dari Bloomberg, media tersebut bersama CMA, dan International Monetary Fund (IMF) melakukan studi tingkat kerentanan utang negara (sovereign debt vulnerability) atas 50 negara berkembang. Studi itu mengurutkan negara paling rentan berdasarkan empat indikator.

Indikator yang digunakan adalah tingkat imbal hasil dari surat utang negaranya, spread dari credit default swap 5 tahun (5Y-CDS), tingkat beban bunga (interest expense) terhadap produk domestik bruto (PDB), dan tingkat utang negara terhadap PDB.

Republik El Salvador berada di peringkat pertama atau menjadi negara berkembang dengan tingkat kerentanan utang negara paling tinggi. Negara ini memiliki imbal hasil surat utang 31,8 persen, spread 5Y-CDS 3.376 bps, beban bunga 4,9 persen terhadap PDB, dan utang 82,6 persen terhadap PDB.

Setelah El Salvador, negara-negara yang berada di posisi selanjutnya adalah Ghana, Tunisia, Pakistan, Mesir, Kenya, Argentina, Ukraina, Bahrain, dan Namibia. Dari 10 negara tersebut, empat di antaranya berada di Benua Afrika dan tiga di Asia.

Indonesia menempati peringkat ke-34 dari 50 negara berkembang dalam hal tingkat kerentanan utang negara. Namun, dibandingkan dengan negara-negara Asean yang ada dalam daftar itu, Indonesia terbilang sebagai negara yang lebih rentan.

Studi tersebut menetapkan negara yang peringkatnya lebih akhir mencatatkan tingkat kerentanan utang lebih rendah. Indonesia berada di atas Oman (peringkat 33) dan di bawah Filipina (peringkat 35).

Indonesia mencatatkan imbal hasil surat utang negara (SUN) 4,8 persen, spread 5Y-CDS 145 bps, beban bunga 2,6 persen terhadap PDB, dan utang 42,7 persen terhadap PDB. Bloomberg menilai bahwa catatan spread 5Y-CDS, imbal hasil SUN, dan tingkat utang terhadap PDB Indonesia berada dalam kondisi yang baik.

Meskipun begitu, dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara (Asean) yang ada dalam daftar tersebut, Indonesia justru berada di peringkat paling awal atau tingkat utang negaranya lebih rentan. Indonesia berada di peringkat ke-34, sementara Filipina ke-35, Malaysia ke-39, dan Vietnam ke-41 atau paling aman dari negara-negara tetangganya.

Tak heran jika Vietnam berada di peringkat paling baik dari negara-negara Asean dalam daftar tersebut, salah satunya karena tingkat utang negara terhadap PDB yang cukup rendah, yakni 41,3 persen. Bloomberg pun menilai indikator lain dari Vietnam berada dalam kondisi yang baik.

Berikut perbandingan tingkat utang negara-negara terhadap PDB 

Daftar Negara dengan Tingkat Kerentanan Utang, Indonesia Peringkat Berapa?

Sumber: Bloomberg

GEJOLAK GLOBAL

Dilansir dari Bloomberg, persoalan utang kian menjadi sorotan setelah Sri Lanka menjadi negara pertama pada tahun ini yang berhenti membayar bunga kepada investor asing pemegang obligasinya. Sri Lanka sangat terbebani oleh lonjakan biaya pangan dan kekosongan stok bahan bakar—yang memicu gelombang protes sangat besar.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina yang memicu lonjakan harga energi dan hambatan distribusi komoditas, biaya penjaminan utang negara-negara berkembang menjadi kian meningkat. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran yang cukup serius.

"Dengan negara-negara memiliki penghasilan yang rendah, risiko utang dan krisis utang menjadi mungkin terjadi," ujar Ekonom Bank Dunia Carmen Reinhart, dikutip dari Bloomberg pada Selasa (12/7/2022).

Bloomberg mencatat bahwa terdapat peningkatan hingga dua kali lipat jumlah negara berkembang dengan yield surat utang lebih dari 10 persen di atas treasuries dengan jatuh tempo yang sama. 19 negara dalam kondisi itu, termasuk Sri Lanka dan Lebanon, sudah berada dalam kondisi default.

Gangguan keuangan suatu negara sehingga investor resah dan menarik dananya, dapat menimbulkan efek domino dan mempercepat munculnya krisis. Negara-negara kecil sangat rentan mengalami krisis karena rekam jejaknya yang masih sedikit di pasar modal internasional.

Sementara itu, negara berkembang yang lebih besar seperti India, Meksiko, dan Brazil masih dapat mengandalkan neraca luar negeri yang kuat dan memanfaatkan cadangan mata uang asing. Namun, tetap saja terdapat risiko yang mengintai.

Bloomberg menilai bahwa terdapat kekhawatiran yang semakin tinggi terhadap apa yang akan datang di negara-negara dengan perekonomian rentan. Lonjakan harga pangan dan energi secara global menimbulkan gejolak politik, hingga membayangi langkah pembayaran kupon obligasi, terutama di negara-negara dengan tingkat utang tinggi.

Misalnya, Ghana dan Mesir masing-masing mencatatkan tingkat utang terhadap PDB 84,6 persen dan 94 persen, lalu yield surat utang 17,1 persen dan 13,2 persen. Dalam kondisi seperti ini, sejumlah pihak menyatakan kepada Bloomberg bahwa akan lebih baik bagi kedua negara itu jika menggunakan uangnya untuk membantu warganya, daripada membayar utang.

"Dengan perang Rusia dan Ukraina yang terus menekan harga komoditas, kenaikan suku bunga global dan dolar Amerika Serikat semakin menguat, beban di beberapa negara kemungkinan besar tidak dapat ditolerir lagi," tulis Bloomberg.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper