Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Susah Jual CPO, 68 Pabrik Terpaksa Tutup

Sekretaris Jenderal Gapki Eddy Martono mengatakan hingga kini ada 68 Pabrik Kelapa Sawit yang tutup karena kesulitan menjual CPO ketika stok menumpuk.
Pekerja memeriksa pipa gas metan di instalasi Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biogas berkapasitas 700 kilowatt di Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V Terantam, Kabupaten Kampar, Riau (4/3/2019)./ANTARA-FB Anggoro
Pekerja memeriksa pipa gas metan di instalasi Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biogas berkapasitas 700 kilowatt di Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V Terantam, Kabupaten Kampar, Riau (4/3/2019)./ANTARA-FB Anggoro

Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebut ada 68 Pabrik Kelapa Sawit yang tutup karena kesulitan menjual Crude Palm Oil (CPO) ketika stok dalam negeri menumpuk.

Sekretaris Jenderal Gapki Eddy Martono mengatakan hingga kini ada 68 Pabrik Kelapa Sawit yang tutup karena kesulitan menjual CPO ketika stok menumpuk.

“Memang saat inj masih sulit jual CPO. Menurut Apkasindo (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) sudah ada 68 PKS yg tutup,” kata Eddy, mengutip Tempo.co, Senin (11/7/2022).

Ia mengatakan hal ini disebabkan stok CPO sekarang yang melimpah, di mana hingga Juni tercatat sekitar 6,3 juta ton. Demi menambah umur operasi, perusahaan sawit juga memperlambat waktu panen mereka dan kesulitan menerima Tandan Buah Segar (TBS) sawit petani swadaya karena stok tangki masih terisi.

Selain itu, eksportir CPO juga kesulitan mencari kapal karena setelah larangan ekspor banyak kapal digunakan untuk mengangkut crude oil dari Rusia.

“Perusahaan pun sekarang sudah memperlambat rotasi panen agar masih bisa beroperasi, sehingga beberapa masih sulit menerima TBS luar. Sampai kapan? Sampai stok tangki mulai terkuras,” katanya.

Menurutnya, salah satu solusi yang genting adalah memperlancar ekspor dengan melepas sementara persyaratan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Public Obligation (DPO) sampai stok normal.

“Sekarang mesti prioritas memperlancar ekspor, bisa dengan cara melepas dulu persyaratan DMO dan DPO sampai stok CPO mendekati 3 juta-4 juta ton,” paparnya.

Perihal desakan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan agar PKS membeli harga TBS Rp16.000 per kg, Eddy Martono mengatakan PKS tidak bisa serta-merta membeli TBS sawit petani Rp1.600 per kilogram karena harga Crude Palm Oil (CPO) sudah rendah.

Menurutnya, untuk bisa membeli TBS seharga Rp1.600 per kilogram minimal harga CPO Rp8.000 per kilogram dengan asumsi rendemen sawit 20 persen.

“Kalau untuk beli TBS Rp1.600 per kg, harga CPO minimal Rp8.000 dengan asumsi rendemen 20 persen. Nah sekarang harga CPO di kisaran Rp6.000 - Rp7.000, bagaimana bisa beli TBS dengan harga Rp1.600?” kata Eddy.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meminta pelaku usaha membeli TBS minimal Rp1.600/kg untuk menyelamatkan harga TBS petani sawit. Hal ini ia ungkapkan saat berdialog dengan petani sawit yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Lampung di Desa Merak Batin, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Sabtu kemarin, 9 Juli 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper