Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian global diproyeksikan melambat seiring dengan meningatnya risiko dan tantangan geopoltik yang terjadi belakangan ini.
Tiga risiko yang dikhwatirkan menghambat pertumbuhan ekonomi global antara lain perang Rusia dan Ukraina, pengetatan moneter the Fed yang berpotensi mendorong risiko stagflasi, juga perlambatan ekonomi di China akibat implementasi kebijakan Zero Covid-19.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan tiga risiko tersebut berpeluang mengubah arah pemulihan ekonomi, baik di tingkat global maupun domestik.
Namun demikian, dia menilai pemulihan ekonomi di dalam negeri mash terus berlanjut. Hal ini tercermin dari sejumlah indikator ekonomi, yaitu peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen dan kinerja penjualan eceran.
PMI manufaktur Indonesia pun tercatat masih berada pada zona ekspansif pada Mei 2022.
Menurutnya, jika tiga risiko global tersebut terjadi, maka kebijakan fiskal masih akan menjadi salah satu tumpuan untuk mendukung pemulihan ekonomi dan menopang target pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Baca Juga
Hanya saja, realisasi belanja negara hingga saat ini masih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini sejalan dengan rencana konsolidasi fiskal oleh pemerintah pada tahun depan.
“Kebijakan fiskal perlu dipersiapkan segera untuk memastikan target pertumbuhan ekonomi dan tidak kalah penting kesejahteraan masyarakat bisa terjadi setidaknya sampai dengan akhir tahun nanti,” katanya kepada Bisnis, Minggu (26/6/2022).
Di samping itu. kata Yusuf, pandemi Covid-19 juga masih menjadi tantangan bagi pemulihan ekonomi ke depan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk tetap mendorong masyarakat agar disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan guna memastikan tren pemulihan berlanjut hingga akhir tahun.
“Pemerintah juga tidak boleh ragu untuk kembali menarik rem mobilitas masyarakat ketika kasus menanjak atau menunjukkan tanda-tanda akan menanjak,” kata Yusuf.