Bisnis.com, JAKARTA — Saham Toshiba Corp. melonjak hingga 6,5 persen setelah adanya kabar tawaran privatisasi senilai 7.000 yen per saham yang akan memberikan valuasi kesepakatan mencapai US$22 miliar atau Rp326,9 triliun (kurs Rp14.859). Seperti diketahui, Toshiba tengah menunggu tawaran akuisisi sebagai solusi dari permasalahan perusahaan.
Dilansir Bloomberg pada Kamis (23/6/2022) yang mengutip laporan eksklusif dari Reuters, sebanyak 10 penawaran telah masuk, termasuk delapan yang menawarkan privatisasi. Penawaran harga dan kondisi untuk privatisasi sangat beragam.
Analis Smartkarma Travis Lundy mengatakan beberapa aset perusahaan perlu dilakukan carve-out atau menjual sebagian sahamnya di unit bisnis yang bukan inti.
Perusahaan juga bisa memilih melakukan spin-off atau memisahkan divisi menjadi unit bisnis baru untuk mendapatkan tambahan modal. Hal ini sudah dilakukan oleh lini bisnis memori penyimpanan Toshiba menjadi Kioxia.
"Dan jika spin-off, itu berarti harga yang lebih rendah untuk sisa bisnis yang ada," tulis Lundy dalam sebuah catatan.
Perjalanan masih panjang dan harga bisa diturunkan pada lelang putaran kedua, tambahnya.
Baca Juga
Harga saham konglomerasi yang berbasis di Tokyo ini ditutup pada 5.501 yen pada sehari sebelumnya.
Bain Capital, Blackstone Inc. dan CVC Capital Partners termasuk menjadi perusahaan yang melakukan penawaran.
Jika kesepakatan ini sukses, akan menandakan investor ekuitas swasta menjadi lebih diterima di Jepang setelah menerima banyak kritikan karena berusaha meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka pendek.
“Segalanya mulai berubah. Sebelumnya, sulit bagi perusahaan ekuitas swasta bahkan untuk membuat janji. Sekarang, perusahaan semakin mendekati ekuitas swasta," kata Kepala Tim Penasihat Pembelian Jepang Carlyle Group Inc., Kazuhiro Yamada.
Sebelumnya, Chief Executive Officer Toshiba Corp. Taro Shimada mengatakan pada awal Juni bahwa belum ada keputusan final terkait dengan privatisasi.
Menurutnya, jika ada pilihan lain untuk tidak membuat perusahaan menjadi bisnis swasta, itu masih menjadi pilihan.
"Yang paling penting adalah nilai itu dimaksimalkan untuk seluruh pemangku kepentingan perusahaan," ujarnya.