Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral China atau PBOC memberikan sinyal meloloskan perizinan bagi Ant Group Co. milik miliarder Jack Ma untuk menjadi perusahaan holding.
Pejabat PBOC akan memeriksa kekuatan modal dan rencana bisnis Ant, serta kepatuhan pemegang saham dan manajemen seniornya.
Persetujuan ini menandakan pembuat kebijakan menindaklanjuti janjinya untuk mendukung industri ini. Menurut sumber anonim, proses ini akan memakan waktu dalam hitungan bulan.
"Ant terus maju dengan perbaikannya sesuai dengan persyaratan peraturan, termasuk menyiapkan bahan untuk mengajukan pendirian perusahaan induk keuangan," kata juru bicara perusahaan seperti dikutip Bloomberg pada Rabu (22/6/2022).
Penguasa sepertiga saham Ant, Alibaba Group Holding Ltd., bergejolak dalam beberapa hari terakhir karena investor mulai tidak sabar melihat hasil akhir sikap dari regulator.
Bloomberg melaporkan saham Alibaba memangkas kerugian sebanyak 3,1 persen menjadi diperdagangkan sekitar 1 persen lebih rendah pada pre-market.
Baca Juga
Perlu diketahui, Ant termasuk menjadi sasaran tindakan keras dari pemerintahan Presiden Xi Jinping terhadap perusahaan teknologi.
Pada tahun lalu, Ant diharuskan untuk menyatukan unit bisnisnya di bawah perusahaan induk dan diregulasi layaknya sebuah bank dengan tingkat pengawasan yang lebih ketat pada struktur pemegang saham dan modal usaha yang lebih besar.
PBOC sejauh ini telah menerima lima aplikasi untuk perusahaan induk keuangan dan menyetujui dua di antaranya setelah melewati penilaian selama 6 bulan.
Rencana IPO Ant menjadi yang terbesar sepanjang sejarah bursa efek di dunia dengan nilai US$35 miliar pada November 2020.
Namun, rencana ini digagalkan oleh pemerintah setempat lantaran kekhawatiran terhadap risiko finansial dari model bisnis perusahaan. Hal ini menjadi pertanda baik untuk kelanjutan IPO.
"Potensi pertumbuhannya telah melemah setelah langkah-langkah pengaturan termasuk [sistem] firewall di ekosistem Alipay. Valuasinya mungkin turun menjadi 20 persen dari target US$320 miliar pada upaya IPO terakhirnya," ujar analis perbankan dan fintech Bloomberg Francis Chan.