Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani melaporkan pada kuartal I/2022 pekerja migran Indonesia (PMI) telah menyumbang devisa negara sebesar Rp34,1 triliun.
Pada periode tersebut, baik BP2MI, P3MI, dan penempatan secara mandiri telah mengirimkan PMI sebanyak 22.954 penempatan. Sementara hingga Mei 2022 jumlah PMI terus bertambah menjadi 46.581 penempatan.
Melihat kebelakang, sebelum pandemi Covid-19 tepatnya pada 2019, jumlah devisa yang diterima negara dari PMI sebesar Rp159,6 triliun. Memasuki 2020 ketika Covid-19 mulai menyebar, kontribusi devisa menyusut 18,4 persen.
“Kalau kita lihat jumlah PMI dengan sumbagan devisa yang diberikan, 2019 sebesar Rp159,6 triliun. Cukup besar. 2020 turun karena pandemi Covid-19 menjadi Rp130,2 triliun, pada 2021 turun lagi menjadi Rp127,4 triliun,” papar Benny dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi IX DPR RI bersama Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dan Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Rabu (22/6/2022).
Bila membandingkan jumlah penempatan pada 2019 dan 2020, secara tahunan penempatan turun 59 persen sementara sumbangan devisa hanya turun 18,4 persen. PMI yang berhasil ditempatkan sebanyak 277.489 (2019) dan 113.436 (2020) penempatan.
World Bank mencatat pada 2019, jumlah PMI Indonesia secara keseluruhan sebesar 9 juta orang. Sementara pada Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) mencatat sejak 2007 hingga 20 Juni 2022 jumlah penempatan PMI sebanyak 4.467.510 penempatan.
Baca Juga
Data dalam lima tahun terakhir (2018 hingga 20 Juni 2022), tercatat sebanyak 803.301 penempatan PMI.
PMI tersebut kini tersebar di banyak negara sebagai pahlawan devisa negara. Lima teratas negara pilihan per 2021, yakni Hongkong, Taiwan, Italia, Singapura, dan Polandia. Sementara PMI paling banyak berasal dari Jawa Timur, diikuti Jawa Tengah kemudian Jawa Barat.
Nilai devisa akan terus bertambah seiring dengan terusnya penempatan yang dilakukan oleh BP2MI, P3MI, serta penempatan secara mandiri.