Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti terkait pemberian subsidi untuk dua perusahaan pelat merah yaitu PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero).
Hal itu disampaikan Jokowi saat menyampaikan arahan dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/6/2022). Jokowi menyinggung bahwa PLN dan Pertamina mendapatkan subsidi tanpa dibarengi dengan upaya efisiensi yang optimal.
"Kalau hanya berharap terus pada subsidi dari Menteri Keuangan tanpa ada usaha efisiensi di PLN, di Pertamina, ini yang dilihat oleh publik, kok enak banget," kata Jokowi dikutip dari Youtube Setpres, Senin (20/6/2022).
Dia mengatakan bahwa upaya pemberian subsidi kepada PLN dan Pertamina seharusnya dibarengi dengan upaya efisiensi.
"Utamanya Pertamina, terutama juga PLN, terlalu mengharapkan dan kelihatan sekali hanya mengharapkan subsidinya di Kementerian Keuangan. Mestinya di sana juga ada upaya-upaya efisiensi, jadi dua-duanya berjalan. Mana yang bisa diefisiensikan, mana yang bisa dihemat, kemudian mana kebocoran-kebocoran yang bisa dicegah, semuanya harus dilakukan posisi-posisi seperti ini," ujarnya.
Dalam arahannya, Jokowi menegaskan bahwa saat ini kondisi global tidak dalam suasana normal. Dia menyebut negara sudah mulai menghadapi ancaman krisis energi, krisis pangan dan krisis keuangan. Ada sekitar 60 negara yang dalam proses menghadapi tekanan karena utang, sehingga menekan ekonominya, tidak ada devisa, dan masuk pada yang namanya krisis ekonomi, krisis keuangan negara itu.
"Inilah yang harus betul-betul kita antisipasi. Jangan sampai, sekali lagi, ada yang merasa kita sekarang ini masih pada keadaan normal," ujarnya.
Lebih lanjut, Jokowi mengatakan krisis energi yang melanda dunia membuat harga BBM di semua negara naik tajam. Oleh karena itu, dia memerintahkan jajarannya untuk menyampaikan informasi tersebut kepada masyarakat.
"Ini juga tolong sekali-sekali Bu Menteri Luar Negeri menyampaikan harga BBM di sini berapa, di sana berapa. Pak Menteri ESDM juga disampaikan seperti itu. Sehingga rakyat tahu bahwa posisi kita ini kalau dibandingkan negara lain ini masih pada kondisi yang sangat baik, tapi tetap harus waspada dan hati-hati," ujar Jokowi.