Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland Loretta Mester mengatakan risiko resesi di AS semakin tinggi. Dia memperingatkan butuh beberapa tahun untuk mengembalikan inflasi sesuai target 2 persen.
Dilansir Bloomberg pada Senin (20/6/2022), Mester mengatakan pejabat The Fed harus memiliki bukti kuat berupa data bulanan untuk membuktikan tekanan harga sudah dapat dikendalikan.
Mester merupakan salah satu pengambil suara yang menetapkan kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
Kendati dia tidak memprediksikan adanya resesi, Mester mengakui bahwa keterlambatan bank sentral untuk mengatrol suku bunga acuan akan membahayakan perekonomian.
"Risiko resesi naik sebagian karena kebijakan moneter dapat berputar lebih cepat. Pertumbuhan kita memang melambat ke bawah tren dan itu tidak mengapa," ujarnya dalam program CBS Face the Nation pada Minggu.
Sebelumnya, Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan dalam konferensi pers pada Sabtu bahwa dia termasuk yang mendukung kenaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada Juli jika data ekonomi sesuai dengan perkiraannya.
Baca Juga
Pejabat Fed telah menaikkan kisaran target untuk suku bunga acuan menjadi 1,5 - 1,75 persen. Perkiraan yang dirilis pekan lalu kemungkinan naik menjadi 3,4 persen pada Desember dan 3,8 persen pada akhir tahun depan.
Proyeksi itu jauh lebih tinggi daripada yang disebutkan pada Maret sebesar 1,9 persen dan 2,8 persen.
“Kami benar-benar harus gesit dalam periode ketidakpastian ini. Kita tidak akan segera melihat inflasi 2 persen. Ini akan memakan waktu beberapa tahun. Tapi inflasi akan terus bergerak menurun,” kata Mester.