Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham di Asia Masih Stabil Usai Kenaikan Suku Bunga The Fed

Bursa saham Asia menunjukkan pergerakan stabil setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks acuan saham di Asia menunjukkan pergerakan stabil pada Senin (20/6/2022), di tengah pasar saham AS yang kenaikannya terpangkas setelah pengetatan moneter The Fed.

Dilansir Bloomberg, bursa di Jepang naik 0,1 persen dan indeks S&P/ASX 200 Australia mengalami sedikit perubahan.

Adapun, indeks Kospi Korea Selatan merosot lebih dari 1 persen. Kontrak berjangka S&P 500 dan Nasdaq 100 masih hijau tetapi sudah menurun dari kenaikan pada awal sesi, dengan kenaikan masing-masing 0,3 persen dan 0,6 persen.

Sementara itu dari sisi aset digital, Bitcoin mulai kembali menanjak melebihi US$20.000 dengan kenaikan 16 persen pada Minggu.

Anjloknya pasar kripto telah menjadi peringatan bagi aset berisiko lainnya terhadap pengetatan Federal Reserve untuk meredam inflasi.

Adapun, nilai tukar di berbagai negara di Asia bereaksi berbeda-beda, di mana yen melemah 0,1 persen menjadi 135,21 per dolar AS, akibat sikap yang kontras antara kebijakan Bank of Japan yang sangat longgar dan The Fed yang hawkish.

Pasar akan tetap gelisah di tengah tekanan harga yang meningkat dan kekhawatiran bahwa pengetatan moneter di berbagai negara menjadi tanda kerugian yang lebih besar.

“Data selama beberapa bulan mendatang memang akan menunjukkan perlunya tingkat pengetatan yang lebih besar, dan harga pasar perlu disesuaikan,” ujar Kepala Investasi Franklin Templeton Fixed Income Sonal Desai dalam sebuah catatan.

Sementara itu, sejumlah gubernur The Fed mengungkapkan komentar terkait dengan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Gubernur Christopher Waller mengatakan akan mendukung kenaikan 75 basis poin pada pertemuan Juli.

Adapun Presiden Bank of Cleveland Fed Loretta Mester mengatakan risiko resesi di AS semakin tinggi. Menurutnya, butuh beberapa tahun untuk mengembalikan inflasi menjadi sesuai dengan target 2 persen.

Sementara itu di China, analis Bloomberg Economics memperkirakan perbankan akan menjaga suku bunga pinjaman tetap stabil.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengungkapkan akan melakukan pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping, salah satunya untuk membahas tarif impor yang diberlakukan oleh administrasi Donald Trump.

"Kami dalam proses untuk melakukannya," kata Biden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper