Bisnis.com, SEMARANG – Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak berkuku belah tengah menjadi momok para peternak. Ratusan ribu hewan ternak di sedikitnya 18 provinsi terpapar virus tersebut.
Aris Haryanto, Virologi Fakultas Kesehatan Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyampaikan virus PMK pada hewan ternak berkuku belah dapat bertahan hingga dua minggu di luar tubuh hewan penderita.
“Virus penyebab PMK juga tahan terhadap kekeringan dan angin. Hewan penderita PMK dapat mengeluarkan virus baru selama 50 jam dan menular ke ternak lain di sekitarnya pada radius 100 KM,” jelasnya, dikutip Jumat (17/6/2022).
Aris juga menyampaikan bahwa hewan yang menderita PMK dapat menjadi carrier bagi virus tersebut selama 8-24 bulan. Selain menyebar dengan kontak langsung, penyebaran virus juga bisa melalui kontak tidak langsung dari alat, sarana transportasi, manusia yang terkontaminasi, serta melalui udara.
“Penyebaran melalui udara dapat menjangkau 170 KM di darat dan 250 KM di laut,” tambahnya.
Diperlukan penanganan khusus untuk menanggulangi tingginya tingkat ketahanan virus di lingkungan maupun carrier hewan yang terinfeksi.
Baca Juga
Dokter hewan dari Pusat Veteriner Farma (Putvetma) Surabaya menyuntikkan vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) untuk sapi di kandang kawasan Taman, Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Sementara itu, Dekan FKH UGM Teguh Budipitojo dalam siaran persnya menyebutkan pemusnahan secara terbatas atau stamping out perlu dilakukan untuk menghilangkan sumber infeksi.
Pemusnahan tersebut juga disertai dengan langkah dekontaminasi kandang, peralatan, kendaraan, serta bahan ataupun barang lain yang berpotensi menularkan virus. Proses dekontaminasi bisa dilakukan dengan penyemprotan larutan desinfektan.
Adapun beberapa jenis desinfektan yang efektif membunuh virus PMK antara lain sodium hydroxide, sodium carbonate, citric acid, acetic acid, sodium hypochlorite, potassium peroxymonosulfate, serta chlorine dioxide.
Upaya vaksinasi massal juga perlu dilakukan guna meningkatkan kekebalan hewan ternak terhadap virus penyebab PMK. Teguh juga menambahkan bahwa upaya mitigasi di daerah yang belum tertular mesti dilakukan dengan upaya surveilans serta meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
“Hal itu perlu dilakukan untuk melihat peta penyebaran penyakit sebagai dasar penentuan langkah pengendalian, disamping melakukan komunikasi, pemberian informasi, dan edukasi kepada masyarakat peternak,” jelasnya dikutip dari laman UGM.
Sebagai informasi, ternak yang terinfeksi PMK memiliki sejumlah gejala klinis, antara lain demam tinggi, nafsu makan hilang, produksi air liur yang berlebihan, serta adanya lepuhan berisi cairan pada mukosa mulut, hidung, bibir, dan lidah.