Bisnis.com, JAKARTA - Aset global langsung bereaksi setelah laporan inflasi yang di luar perkiraan dan prediksi kenaikan suku bunga Federal Reserve sebesar 75 basis poin menguat.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (14/6/2022), kontrak S&P 500 melonjak sekitar 1 persen, mulai lega setelah penurunan pada Senin yang menghapus kapitalisasi pasar hingga US$1,3 triliun.
Dolar mundur dari level tertinggi sejak 2 tahun dan surat utang AS memperoleh keuntungan setelah imbal hasil 10-tahun melonjak ke puncak pada 2011.
Indeks Stoxx Europe 600 memangkas kenaikan awal untuk berada di sekitar level terendah satu tahun.
Namun, kurva imbal hasil tetap datar, mengundang kekhawatiran tentang penurunan ekonomi yang dipicu oleh kebijakan moneter yang lebih ketat.
Kuartal ini akan memberikan kerugian gabungan terbesar untuk obligasi global dan saham yang tercatat dibandingkan dengan data pada 1990.
Baca Juga
Itu semua merupakan respons dari laporan inflasi yang lebih buruk dari ekspektasi pada pekan lalu.
Ditambah, muncul spekulasi bahwa Federal Reserve kemungkinan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin segera pada pertemuan pekan ini.
"Ada banyak arus silang. Masalah terbesar adalah bahwa bank sentral mungkin tidak berdaya untuk menghentikan resesi dan itu adalah pesan yang sulit diterima pasar," kata Priya Misra, Kepala Strategi TD Securities di New York.
Suku bunga overnight The Fed naik menjadi 4 persen pada pertengahan tahun depan dan ada kemungkinan besar kenaikan hingga 75 basis poin pada pekan ini.
“Apa yang Anda lihat adalah bahwa suku bunga riil dan nominal naik dan artinya adalah era easy money selama satu setengah dekade terakhir dengan suku bunga riil sangat rendah atau negatif akan berakhir," ujar kepala ahli strategi pasar F.L.Putnam Investment Management Ellen Hazen.