Bisnis.com, JAKARTA – Pengusaha Kelapa Sawit melaporkan dari kebijakan flush out yang berlaku, tangki-tangki minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih belum terkuras sepenuhnya.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menyampaikan kondisi ekspor masih belum normal sejak dicabutnya larangan ekspor CPO dan turunannya pada 23 Mei 2022.
“Karena ekspor baru mulai berjalan dan kondisi memang belum normal, jadi tangki-tangki praktis semua belum terkuras. Kita berharap setelah nanti flush out berjalan dapat mempercepat pengurasan tangki,” ujar Eddy, Selasa (14/6/2022).
Eddy memproyeksikan ketersediaan kapasitas tangki akan kembali normal pada Juli mendatang apabila proses ekspor terus berjalan dengan baik.
“Kalau semua berjalan lancar mestinya bulan Juli sudah mulai normal,” lanjut Eddy.
Flush out bertujuan memudahkan eksportir CPO yang tidak tergabung dalam program Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (Simirah) mendapatkan persetujuan ekspor (PE) dan melakukan ekspor.
Baca Juga
Dalam hal ini, perusahaan yang memanfaatkan ketentuan flush out diwajibkan membayar biaya tambahan sebesar US$200 per ton CPO yang diekspor kepada pemerintah. Ongkos tersebut, di luar kewajiban yang harus dibayarkan oleh eksportir yakni pungutan ekspor dan bea keluar yang ditetapkan lewat PMK No. 98/2022.
Dari 708 perusahaan yang tergabung dalam Gapki, Eddy menyampaikan kapasitas tangki masing-masing perusahaan masih dalam pendataan.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan per 14 Juni 2022 pukul 10.00 WIB, terdapat 41 perusahaan yang mengikuti kebijakan flush out. Sementara yang mengikuti kebijakan domestic market obligation (DMO) terdapat 32 perusahaan dengan alokasi total PE sebesar 556.614 ton.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan optimis dengan kebijakan tersebut dapat segera mengosongkan tangki dan mengembalikan kinerja ekspor yang sebelumya tertahan akibat pelarangan.
“Sudah pasti optimis, setelah penutupan ekspor tangki produsen pada penuh sehingga perlu dilakukan ekspor sehingga pada saatnya TBS akan dibeli lagi oleh PKS dan PKS akan pasok produksi minyak goreng,” ujar Oke, Selasa (14/6/2022).
Pada kenyataannya, petani kelapa sawit saat ini masih terancam produktivitasnya meski larangan ekspor sudah dicabut.
Kepala Bidang Organisasi dan Anggota Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Sabarudin mengatakan harga TBS petani sawit swadaya anggota SPKS, mayoritas kembali mengalami penurunan rata-rata sekitar Rp100 – 450 per kilogram dari harga TBS petani sawit swadaya tanggal 1 juni 2022 yang di pantau oleh SPKS.
Menurutnya, harga TBS petani swadaya dibeli dibawah harga TBS yang ditetapkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi.
“Kalau hitungan kita sekarang itu ada perbedaan sekitar Rp1.000 – 1.700 per kilogram dari harga rata-rata TBS beberapa provinsi antara Rp 2.500 – 3.300 per kilogram,” kata Sabarudin dalam keterangan tertulis, Selasa (14/6/2022).