Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Inggris melemah tajam pada April dengan penurunan produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,3 persen dari sebulan sebelumnya.
Dilansir Bloomberg pada Senin (13/6/2022), Kantor Statistika Nasional Inggris menunjukkan tingkat produksi turun 0,1 persen, lebih baik 0,1 persen dibandingkan dengan perkiraan ekonom.
Capaian tersebut menggarisbawahi prospek yang meredup untuk ekonomi Inggris, dengan manufaktur, jasa, dan konstruksi terkontraksi bersama untuk pertama kalinya sejak Januari 2021.
Hal itu bisa memengaruhi sikap Bank of England yang diperkirakan akan mengerek suku bunga acuan 25 basis poin pada Kamis untuk mengendalikan inflasi.
"Penurunan pada output tidak mungkin akan terjadi jangka pendek. Prospek keseluruhan tetap suram karena tekanan pada pendapatan konsumen diperkirakan akan melemahkan permintaan," ujar Kepala Ekonom KPMG Inggris Yael Selfin.
Sementara itu, analis Bloomberg Economics Ana Luis Andrade menilai momentum ekonomi akan tetap lemah dalam beberapa bulan mendatang. Tingkat output akan menurun 0,4 persen pada kuartal II/2022.
Baca Juga
"Namun, dengan inflasi yang tetap tinggi dan pasar tenaga kerja yang panas tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, maka itu tidak akan cukup untuk mencegah Bank of England menaikkan suku bunga," ujar Andrade.
Kenaikan suku bunga diperkirakan tidak akan sampai 50 basis poin, tetapi 25 basis poin dengan suku bunga naik menjadi 2 persen pada November.
Pound sterling melemah sebesar 0,6 persen menjadi $1,2238, yang terendah dalam sebulan terakhir.
Laporan PDB menunjukkan sektor jasa turun tajam akibat penurunan belanja hingga 5,6 persen di sektor kesehatan. Aktivitas pengujian dan pelacakan Covid-19 turun hampir 70 persen pada April.