Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN berhasil menekan beban biaya take or pay kontrak pengadaan listrik dari pengembang listrik swasta atau independent power producer (IPP) mencapai Rp37 triliun sepanjang 2021.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menuturkan keberhasilan itu turut mengerek torehan laba bersih perseroan mencapai Rp13,17 triliun pada 2021 atau lebih tinggi dibandingkan laba bersih 2020 sebesar Rp5,99 triliun.
“Kami sudah melakukan renegosiasi kontrak yang tadi kami sudah hadapi oversupply yang masuk di 2021. Kami mampu kapitalisasi sekitar Rp37 triliun pengurangan beban take or pay,” kata Darmawan seusai konferensi pers terkait tarif listrik triwulan III/2022, Jakarta, Senin (13/6/2022).
Di sisi lain, Darmawan mengatakan, perseroan juga secara intensif menekan biaya investasi dan operasional selama pandemi Covid-19. Malahan dia mengatakan, PLN berhasil memangkas utang sebesar Rp62,5 triliun dan beban operasional dengan bunga mencapai Rp14 triliun selama dua tahun terakhir.
“Kami juga belum melakukan penambahan utang dari global bond sejak 2020 sampai sekarang karena kami betul-betul menjaga arus kas kami dan mengurangi utang,” ujarnya.
Dia menambahkan transformasi berhasil meningkatkan penjualan tenaga listrik tahun 2021 sebesar 5,08 persen dibandingkan tahun sebelumnya meskipun Indonesia terdampak pandemi luar biasa yang mengakibatkan ekonomi melambat.
Baca Juga
Pertumbuhan listrik yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sebesar 3,69 persen menjadi bukti keberhasilan inovasi dan efisiensi, sehingga penjualan listrik meningkat sebesar Rp13,96 triliun menjadi Rp288,86 triliun.
“Ini menunjukkan PLN sebagai jantungnya Indonesia benar-benar semakin sehat. Ekonomi tumbuh, dan listrik mampu tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi makin berkualitas, dan PLN siap menopang kebutuhan listriknya,” paparnya.
Berkat transformasi yang dijalankan tersebut, PLN juga membukukan EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) tahun lalu Rp89,17 triliun naik 2,9 persen dari EBITDA 2020 Rp86,69 triliun.