Bisnis.com, JAKARTA - Presidensi G20 oleh Indonesia pada tahun ini dinilai bisa dimanfaatkan untuk menjadi momentum untuk mendorong pengembangan kendaraan listrik. Apalagi, transisi energi menjadi salah satu prioritas Indonesia dalam Presidensi G20.
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai momentum kendaraan listrik menjadi keniscayaan. Untuk itu, posisi strategis Indonesia dalam G20 dinilai harus dimanfaatkan dengan baik.
"Kendaraan listrik bukan keraguan lagi. G20 jadi momentum untuk pengembangan lebih lanjut," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) MTI Harya S. Dillon pada Busworld Southeast Asia Webinar, Rabu (8/6/2022).
Saat ini, pengembangan kendaraan listrik salah satunya didorong untuk moda transportasi massal seperti bus. Contohnya, Transjakarta menargetkan pengadaan 10.047 bus listrik dapat beroperasi 2030 mendatang.
Selain itu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menyediakan sekitar 30 bus listrik yang nanti akan digunakan untuk keperluan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia G20. Setelah acara pada akhir tahun itu, nanti bus listrik akan digunakan sebagai layanan Buy The Service (BTS) di Bandung dan Surabaya.
Menurut pria yang akrab disapa Koko itu, pengadaan bus listrik akan semakin mudah, dari sisi penerbitan peraturan atau kebijakan, karena akan mudah mendapatkan dukungan politik. Koko menilai isu penyediaan transportasi umum cenderung bipartisan.
Baca Juga
"Saya optimis perbaikan angkutan bus ini dapat dukungan politik. Tidak ada satu tokoh politik yang akan mencabut busway dan lain-lain, apalagi di Jakarta," ujarnya.
Tidak hanya dukungan secara politik, Koko menilai momentum kendaraan listrik bisa menarik pendanaan hijau atau green financing.
"Opportunity tidak sedikit, dengan program elektrifikasi kita bisa buka peluang green financing," ungkapnya.