Indonesia telah ambil bagian dalam pameran Dubai Expo 2020. Pameran internasional kelas world expo yang bertempat di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) itu bersemarak mulai 21 Oktober 2021 sampai 31 Maret 2022.
Dalam waktu hampir 6 bulan, area pameran Paviliun Indonesia mencatat potensi transaksi US$34,88 miliar serta lebih dari 20 perjanjian bisnis dan investasi. Investor mancanegara, termasuk dari Timur Tengah menaruh minat, antara lain pada proyek ibu kota negara (IKN), infrastruktur, energi terbarukan, pendidikan, dan teknologi informasi. Catatan tersebut menunjukkan Indonesia berhasil unjuk gigi kepada dunia melalui Expo 2020 Dubai.
Indonesia telah terpikat dengan UEA, tetapi bukan hanya karena panggung dunia world expo. Ada sejumlah hal yang menjadi daya tarik. UEA adalah anggota negara Kawasan Teluk atau Gulf Cooperation Council (GCC), bersama Bahrain, Arab Saudi, Oman, Qatar, dan Kuwait. GCC Statistical Centre mencatat, produk domestik bruto negara-negara GCC adalah US$1,64 triliun pada 2019. Sementara itu, populasinya pada 2020 tercatat mencapai 57,6 juta orang.
Letak geografis UEA yang strategis menjadikannya sebuah hub internasional yang sibuk baik untuk perpindahan barang maupun orang dan menghubungkan semua belahan dunia. Selain sebagai hub bagi semua belahan dunia, UEA juga menjadi hub bagi Kawasan Teluk itu sendiri. Artinya, jika Indonesia bisa meningkatkan kerja sama ekonomi dengan UEA dan meningkatkan akses pasar produk-produk Tanah Air ke sana, produk-produk ini niscaya bisa merambat ke negara-negara Kawasan Teluk lainnya.
Sebagai tujuan ekspor, UEA termasuk pasar nontradisional yang perlu dibidik lebih intensif dalam pemasaran produk-produk Indonesia. Dengan kata lain, potensi kerja sama ekonomi Indonesia dengan UEA masih punya banyak ruang untuk tumbuh.
Sebagai gambaran dari sisi perdagangan, Kementerian Perdagangan mencatat total perdagangan kedua negara pada 2021 sebesar US$4,04 miliar, sedangkan pada 2019 atau sebelum pandemi Covid-19 tercatat sebesar US$3,65 miliar. Meningkatkan komitmen kerja sama ekonomi Indonesia dengan Uni Emirat Arab menjadi tonggak penting berikutnya dalam hubungan bilateral kedua negara.
Baca Juga
Tahun 2022, ambisi ini kian mendekati kenyataan, ditandai dengan perundingan persetujuan kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Uni Emirat Arab (IUAE–CEPA) yang telah mencapai kesepakatan substantif pada 27 Februari 2022. IUAE–CEPA menjadi persetujuan pertama yang akan dimiliki Indonesia dengan negara di kawasan teluk. IUAE–CEPA diharap membuka peluang kerja sama tidak hanya di sektor perdagangan, tetapi juga investasi, dan penciptaan lapangan kerja.
Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi dalam konferensi pers 2 September 2021 di Sentul, Jawa Barat, mengatakan bahwa IUAE–CEPA akan mendorong perdagangan langsung dari Indonesia ke UEA. Contohnya produk perhiasan dan perhiasan emas Indonesia. Pada 2020, ekspor produk tersebut dari Indonesia ke seluruh dunia bernilai US$8,2 miliar. Namun, negara transit akan menjual lagi perhiasan dan perhiasan emas Indonesia tersebut ke UEA dengan memanfaatkan perjanjian bilateral yang dimiliki.
IUAE–CEPA dapat mendorong perdagangan langsung komoditas ini ke UEA, yang akan lebih menjamin keuntungan bagi Indonesia. Barang-barang Indonesia yang diekspor langsung ke UEA akan bersaing secara harga dengan barang-barang dari negara lain, termasuk negara transit, yang telah memiliki perjanjian dagang lebih dulu dengan UEA.
Sementara itu, IUAE–CEPA akan memberi jalan bagi investor-investor UEA untuk berinvestasi di berbagai sektor di Indonesia. Beberapa sektor yang dibidik misalnya niaga elektronik dan sektor halal. UEA juga akan bisa mendorong perdagangan ke Asean melalui Indonesia.
Bidang kerja sama yang dicakup IUAE–CEPA antara lain perdagangan barang dan jasa, perdagangan digital, ketentuan asal barang, prosedur kepabeanan, fasilitas perdagangan, investasi, kerja sama ekonomi yang juga mencakup usaha kecil dan menengah, hak kekayaan intelektual, hukum dan isu kelembagaan, serta pengadaan barang dan jasa pemerintah.
IUAE–CEPA juga memiliki bab khusus yang membahas tentang ekonomi Islam, menjadikannya perundingan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia pertama yang memiliki bab kerja sama ekonomi Islam. Bab tersebut akan mengatur antara lain seputar sertifikasi halal, makanan dan minuman, obat-obatan dan kosmetik, hingga busana muslim.
Putaran keempat perundingan, sekaligus sebagai putaran terakhir, dilangsungkan pada 27 Februari 2022 di Yogyakarta. Perundingan yang dimulai pada 2 September 2021 ini menjadi perundingan yang selesai paling cepat sepanjang sejarah perundingan kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia dengan mitra dagangnya. Diselesaikannya substansi persetujuan saat putaran keempat juga menjadikan IUAE–CEPA sebagai perundingan ekonomi komprehensif pertama Indonesia yang selesai di tahun 2022.
Melalui IUAE–CEPA, kita harap bersama agar aktivitas ekonomi kedua negara makin bergairah, terutama setelah ekonomi global terpukul pandemi Covid-19. Hal ini menjadi penting karena baik Indonesia maupun UEA harus memanfaatkan semua kesempatan yang ada untuk mendapatkan momentum menggerakkan kembali roda perekonomian masing-masing. Indonesia pun mendorong IUAE–CEPA untuk dapat selesai secepatnya sehingga dapat dimanfaatkan untuk memulihkan ekonomi nasional.