Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa atau Euro melebihi ekspektasi pada awal 2022, meskipun ada tekanan pada permintaan konsumen dan dampak perang Rusia vs Ukraina.
Dilansir Bloomberg Rabu (8/6/2022), data Komisi Eropa, Eurostat menunjukkan tingkat output naik 0,6 persen pada kuartal I/2022 dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Namun, seiring dengan ketenagakerjaan naik 0,6 persen, konsumsi turun 0,7 persen di tengah lockdown.
Pada awal tahun 2022, blok Euro yang beranggotakan 19 negara ini menghadapi situasi yang kontradiktif karena pelonggaran pembatasan Covid-19 terjadi bersamaan dengan perang Rusia di Ukraina.
Kendati rumah tangga dan kalangan bisnis menderita karena lonjakan harga, sektor jasa mulai melihat adanya permintaan yang kuat dan pariwisata bersiap untuk musim panas yang melimpah.
European Central Bank (ECB) memulai langkah berani untuk mencabut stimulus dengan kenaikan suku bunga pada Juli, pertama kalinya dalam satu dekade terakhir. ECB akan merilis proyeksi ekonominya pada Kamis seiring dengan pertemuan Dewan Pengurus ECB selama 2 hari yang akan menentukan langkah selanjutnya.
Sementara itu, Bank Dunia (World Bank) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bakal terjun bebas pada 2022. Bank Dunia juga mengingatkan dampak stagflasi terhadap perekonomian dunia.
Dalam laporan Prospek Ekonomi Global terbaru, Bank Dunia mengatakan pertumbuhan ekonomi global sudah melemah dan terpapar inflasi yang berlarut-larut akibat perang Rusia vs Ukraina. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan terjun bebas dari 5,7 persen pada 2021 menjadi 2,9 persen pada 2022.