Bisnis.com, JAKARTA — Chief Executive Officer Tesla Inc. Elon Musk menyampaikan bahwa perusahaannya harus memangkas sekitar 10 persen karyawan karena adanya firasat buruk terhadap prospek ekonomi.
Dilansir dari Bloomberg, informasi tersebut berasal dari surel (email) internal Tesla yang dilihat oleh Reuters. Email itu bertajuk tahan semua rekrutmen secara global, yang dikirimkan kepada para eksekutif Tesla pada Kamis (2/6/2022) waktu Amerika Serikat.
Hingga Jumat (3/6/2022), pihak pabrikan mobil listrik terkemuka itu belum menanggapi permintaan komentar terkait isu email internal Tesla.
Tesla, yang memiliki pabrik mobil listrik di Amerika Serikat, China, dan Jerman, mempekerjakan sekitar 99.290 staf. Pengurangan 10 persen karyawan berarti mendekati 10.000 orang.
Perusahaan yang bermarkas di Austin, Texas tersebut pernah memangkas 7 persen tenaga kerjanya, atau lebih dari 3.000 orang pada awal 2019. Elon pernah memperingatkan bahwa terdapat tantangan besar dalam membuat mobil listrik yang lebih terjangkau, sehingga terjadi pengurangan karyawan.
Setelah itu, Tesla menambah jumlah karyawannya di seluruh dunia hingga 40 persen pada 2021. Hal tersebut merupakan ekspansi terbesar Tesla sejak 2014, ketika pabrikan mobil itu memiliki lebih dari 10.000 karyawan.
Kabar terkait email internal Tesla muncul di tengah gejolak perusahaan, yang menjadi salah satu pionir kendaraan listrik. Pada awal perdagangan di New York, Amerika Serikat, saham Tesla tercatat turun 4,8 persen pada pukul 08.02 pagi waktu setempat.
Saham Tesla pun telah merosot 22 persen sejak Elon Musk membuat kesepakatan mengejutkan, yakni mengakuisisi Twitter Inc.—yang saat ini tampaknya terhenti. Lalu, saat ini terdapat perdebatan sengit terkait kebijakan perusahaan, yakni Elon mendesak para karyawan untuk kembali bekerja di kantor (work from office) atau hengkang jika tidak menyetujuinya.
Elon menyebut bahwa semakin tinggi jabatan seseorang di Tesla, maka orang tersebut harus semakin sering tampak berada di kantor saat jam kerja. Dia bahkan menyebut scara spesifik bahwa karyawan harus berada di kantor minimal 40 jam per minggunya.
"Itulah mengapa saya begitu sering tinggal di pabrik—sehingga mereka yang berada di lokasi dapat melihat saya bekerja bersama mereka. Jika saya tidak melakukan itu, Tesla sudah lama bangkrut," tulis Elon, dikutip dari Bloomberg pada Jumat (3/6/2022).
Analis menilai bahwa penurunan penjualan mobil baru di Amerika Serikat memicu kekhawatiran potensi resesi. Selain itu, terdapat kecemasan bahwa gangguan ekonomi global dan kebijakan lockdown di Shanghai, China—lokasi pabrik Tesla—turut membebani perusahaan.