Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Ini Tantangan UMKM Beli Bahan Baku dari Luar Negeri via Online

Ninja Xpress menyebutkan tantangan UMKM saat membeli bahan baku dari luar negeri secara online.
Dany Saputra
Dany Saputra - Bisnis.com 25 Mei 2022  |  01:23 WIB
Ini Tantangan UMKM Beli Bahan Baku dari Luar Negeri via Online
Ninja Xpress - Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) mengalami kesulitan untuk melakukan pengadaan bahan baku dari luar negeri secara online.

Kondisi tersebut berdasarkan riset yang dilakukan oleh perusahaan jasa logistik asal Prancis, Dynamic Parcel Distribution (DPD) Group, dengan Ninja Xpress. Berdasarkan riset, Ninja Xpress menemukan pelaku UKM yang membeli bahan baku dari luar negeri secara online mengalami empat macam kendala.

Riset tersebut menggunakan metode random sampling dengan keterwakilan sampel dari Indonesia mencapai 1.500 sampel.

Pertama, kendala bahasa. Chief Marketing Officer (CMO) Ninja Xpress Andi Djoewarsa menyebut banyak 52 persen dari UKM di Indonesia pernah membeli bahan baku secara online dari Jepang, China, Korea Selatan, dan lain-lain.

"Misalnya kita beli bahan dari China atau Taiwan bahasanya saja [berbeda]. Aksen juga sulit diidentifikasi," terang Andi, Selasa (24/5/2022).

Kedua, mencari supplier dengan kualitas barang atau produk yang bagus. Andi menyampaikan bahwa para pelaku UKM kesulitan untuk menemukan atau menentukan supplier mana yang memiliki barang dengan kualitas yang terpercaya.

Ketiga, peraturan perdagangan lintas batas atau cross border yang rumit. Keempat, melacak pengiriman paket dari pihak pengirim, termasuk untuk mengetahui estimasi waktu sampainya paket.

Andi menjelaskan bahwa dari 52 persen pelaku UKM di Tanah Air yang pernah membeli bahan baku dari luar negeri secara online, hanya 28 persen di antaranya yang tidak menemukan empat kendala tersebut.

Permasalahan tersebut, lanjut Andi, semakin pelik ketika semakin maraknya penipuan yang menimpa pelaku UKM di Asia Tenggara selama pandemi. Berdasarkan data PwC yang dirujuk, terdapat sebanyak 1,6 juta kasus penipuan online yang menimpa UKM selama dua tahun belakangan ini.

Di sisi lain, 9 persen dari 1,6 juta kasus tersebut merupakan penipuan pembelian dalam transaksi jual barang.

"Jadi kebayang tantangan persaingan bisnis UKM kita sangat ketat dan semua masuk online, harga semakin murah, dan untuk beli bahan paku pun dirasa sangat sulit," ujar Andi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

umkm e-commerce ninja xpress
Editor : Rio Sandy Pradana

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top