Bisnis.com, JAKARTA — Energy Watch menyatakan harga batu bara mulai turun relatif rendah seiring dengan permintaan yang berkurang dari China sebagai salah satu importir komoditas emas hitam terbesar di dunia.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan kondisi itu memunculkan konsekuensi harga batu bara acuan atau HBA Mei 2022 dipatok sebesar US$275,64 per ton atau turun 4,42 persen dari acuan April 2022 sebesar US$288,4 per ton.
“Saya kira tren memang akan menurun sedikit karena selain melimpahnya pasokan batu bara di China, saat ini kondisi China yang masih ada lockdown membuat pasar menjadi khawatir akan kurangnya permintaan di tengah produksi yang terus meningkat,” kata Mamit melalui pesan WhatsApp, Minggu (15/5/2022).
Di sisi lain, Mamit mengatakan permintaan batu bara dari sejumlah negara blok barat masih tertahan tinggi akibat larangan impor komoditas itu dari Rusia. Sementara itu, kapasitas produksi batu bara dari negara lain belum cukup untuk menggantikan volume ekspor dari Rusia.
“Memang pasar terus mengharapkan harga batu bara turun mengingat sudah mencapai titik jenuh karena harga yang masih tinggi. Isu-isu dari negara-negara importir maupun eksportir akan sangat mempengaruhi psikologi pasar,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan atau HBA pada Mei 2022 di angka US$275,64 per ton atau turun 4,42 persen dari acuan April 2022 sebesar US$288,4 per ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan penurunan HBA Mei 2022 itu disebabkan karena meningkatnya jumlah pasokan batu bara dunia yang dipengaruhi oleh peningkatan produksi dari China dan India. Adapun kedua negara itu tengah berupaya mengurangi impor komoditas emas hitam tersebut.
"Selain faktor meningkatnya pasokan, keputusan China untuk mengurangi Pembangkit Listrik Tenaga Uap [PLTU] dan mengembangkan energi hijau juga turut mendorong menurunnya harga batu bara dunia," kata Agung melalui siaran pers, Sabtu (14/5/2022).
Padahal, manuver Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO) untuk melakukan embargo terhadap pasokan energi dari Rusia sempat mengerek naik HBA April 2022 di angka US$288,4 per ton.
Adapun selama empat bulan terakhir grafik HBA terlihat konsisten mengalami kenaikan. Kementerian ESDM mencatat HBA Januari 2022 sebesar US$158,5 per ton lalu naik ke angka US$188,38 per ton pada Februari 2022. Selanjutnya Maret 2022 menyentuh angka US$203,69 per ton, dan terakhir di April berada di level US$288,40 per ton.
"Baru pada bulan ini grafiknya sedikit turun," kata dia.