Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom BCA: Neraca Perdagangan RI Diprediksi Surplus US$4,3 Miliar pada April 2022

Pemicu surplus perdagangan pun masih sama seperti bulan sebelumnya, yaitu komoditas batu bara dan CPO. 
Petugas dibantu alat berat memindahan kontainer dari kapal ke atas truk pengangkut di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Selasa (17/5). JIBI/Bisnis/Dwi Prasetya
Petugas dibantu alat berat memindahan kontainer dari kapal ke atas truk pengangkut di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Selasa (17/5). JIBI/Bisnis/Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual memprediksi neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$4,3 miliar pada April 2022.

"Masih cukup besar, tapi paling turun sedikit karena pelarangan ekspor CPO itu baru [diberlakukan] akhir April 2022 jadi belum ada pengaruhnya. Mungkin di Mei ini akan kelihatan," kata David kepada Bisnis, Sabtu (14/5/2022).

Pemicu surplus neraca perdagangan pun masih sama seperti bulan sebelumnya, yaitu komoditas batu bara dan CPO. 

Lebih lanjut David mengatakan, kinerja ekspor diperkirakan tumbuh 36,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), sementara impor diperkirakan tumbuh 29,2 persen yoy.

"Pertumbuhan ekspornya cukup bagus. Tapi, impornya juga naik tinggi karena seiring dengan pemulihan mobilitas masyarakat, belanja masyarakat juga meningkat. April  itu kan masa Lebaran ya jadi permintaan barang termasuk barang impor juga tinggi," jelasnya.

Di lain sisi David melihat, konflik Rusia-Ukraina yang terus berlanjut masih menguntungkan Indonesia dengan harga komoditas yang masih tinggi lantaran dunia mulai bergerak.

"Bedanya dengan waktu tahun 2020, lockdown ketat diterapkan di banyak negara sehingga demand nya lemah, dan ekspor kita juga lemah. Kalau sekarang demandnya lumayan ya, sehingga butuh komoditas andalan kita," ungkap dia.

Ke depannya, David menghimbau agar Indonesia mulai melakukan diversifikasi, baik dari sisi negara maupun produk, Sebab, harga komoditas-komoditas yang melonjak tersebut bisa turun sewaktu-waktu, terutama bila perang antara Rusia-Ukraina mereda.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper